Arrivederci Berlusconi

oleh -

Oleh: Moh. Ahlis Djirimu

Dua hari yang lalu, media internasional memberitakan wafatnya mantan Perdana Menteri Itali dua kali, Silvio Berlusconi dalam usia 85 tahun. Di Indonesia, pada decade 1990-an, Berlusconi dikenal sebagai pemilik Associazione de Calcio Milan 1899, juara Liga Champion Eropa pada 1989 dan 1990. Mendiang Berlusconi menjadi Perdana Menteri Itali dengan partai Forza Itali (ayo Itali) dan Partai Cavalière dengan penuh kontroversi. Mendiang termasuk korban keempat krisis Zona Euro dua belas tahun yang lalu.

Sejarah mencatat, tahun 2011 menjadi sejarah kelam bagi empat politisi korban krisis zona euro. Pertama, dimulai oleh Brian Cowen, Perdana Menteri Irlandia yang harus mundur pada Februari 2011 saat pemilihan legislatif antisipatif di parlemen Irlandia. Sejak saat itu, partainya kehilangan dominasi mutlak di parlemen sekaligus mengakhir supermasi partainya selama 80 tahun lebih. Bantuan bersyarat keras baik dari Uni Eropa maupun IMF menjadi awal kejatuhan partainya.

Kedua, pada Maret 2011, Perdana Menteri Portugal saat itu, José Socrates demisioner setelah parlemen Portugal menolak rencana keempat kebijakan pengencangan ikat pinggang (plan d’austérité) yang meliputi efisiensi anggaran negara, peningkatan pajak, perpanjangan masa pensiun bagi PNS, pengurangan subsidi kesehatan dan pendidikan, peningkatan suku bunga sesuai arahan IMF dan Uni Eropa. Beliau menjadi korban pertama Perdana Menteri asal partai sosialis di Zona Euro. Pada Juni 2011, politisi asal partai liberal kanan tengah, Pedro Passos Coelho menjadi Perdana Menteri baru Portugal.

Pada Juni 2011 menjadi sejarah suram bagi dua politis sekaligus Perdana menteri di negaranya masing-masing. Georges Papandréou secara resmi mengumumkan pengunduran diri setelah berkonsutasi dengan partai oposisi untuk membentuk pemerintahan gabungan. Perdana Menteri yang lulusan Amherst College, London School of Economics (LSE) dan kelahiran Minnesota, USA merupakan juga putra mantan Perdana Menteri Yunani periode 1994-1996, Andréas Papandréou harus mundur dari kursi PM setelah ketidakpopulerannya akibat pengumuman sepihak atas rencana refendum yang akhirnya batal setelah berkonsutasi dengan dua pemimpin besar zona Euro, Jerman dan Prancis, sehari sebelum pembukaan G20 di Cannes pada 2011. Rumor berkembang, favorit PM Yunani adalah Lucas Papademos, mantan Gubernur Bank Sentral Yunani 1994-2002 yang berjasa membersihkan rekening-rekening liar di Yunani.

BACA JUGA :  Putusan Self-Executing MK dan Demokrasi Konstitusional

Korban keempat adalah adalah Silvio Berlusconi. Perdana Menteri Itali ini pada 9/11/2011 mengumumkan pengunduran dirinya setelah Cavalière kehilangan mayoritas suara di parlemen. Julukan yang tepat baginya adalah « tak putus dirundung malang ». Betapa tidak, berbagai macam skandal menohoknya seperti Rubygate, skandal korupsi, monopoli saluran tv. Akibatnya, para Italiano dalam setiap demo mengungkapkan kata-kata « Basta, alias ça suffit, alias cukup !!! » menjadi kata terkenal di Itali saat itu. Kata ini disuarakan oleh para mahasiswa Itali dan kaum muda Italiano khususnya mereka yang memperoleh gaji di bawah upah minimum regional (UMR) yang setara €900per bulan. Basta menjadi populer karena melihat perilaku Silvio Berlusconi penuh dengan skandal, tetapi tetap saja berkuasa walaupun ditinggalkan sekutu partai pendukung lain dan terkena skandal « Rubygate » alias kesenangannya mengundang para ayam muda nan cantik di Appiano Gentile, kediaman pribadi Berlusconi karena menelpon polisi Milan agar membebaskan ayam rubywomen keturunan Maroko. Beberapa demonstran bahkan lebih ekstrim lagi menonjolkan poster tanpa busana Berlusconi dengan alat vital euro. Telah menjadi rahasia umum di Itali, bahwa kekayaan Berlusconi sebenarnya hasil percampuran kekayaannya sendiri dan duit panas asal Sicilia. Hal ini bermula di dekade 70an ketika Stefano Bantade, seorang pentolan Cosanostra (sebutan mafia Sicilia) menghubungi Marcello Delle Utri, tangan kanan Berlusconi di Milan. Setelah making an appointment, terbanglah dengan jet pribadinya menuju Milan, bertemu di Piazza Di Marcanti, milik Berlusconi, tanpa sepengetahuan Berlusconi dan tanpa kehadiran Berlusconi. Bantade, membenamkan duitnya pada grup properti milik Berlusconi yang saat itu mendominasi wilayah utara Itali nan kaya karena berkembangnya pusat industri dan technopôle. Selain sejak lama memiliki Associazione del Calcio (AC) Milan yang dipegang oleh Adriano Galiani, Berlusconi memonopoli saluran TV melalui kelompok Mediaset. Sambil menanti final liga Champion di Estadio Olimpico Roma Mei 2009, penulis mencoba-coba mengganti beberapa channel TV di hotel Aston Roma yang berdekatan dengan stasiun Termini. Semua saluran TV memuat pidato dan aktivitas Berlusconi sebagai pendana menteri. Mungkin hanya dua saluran yang tidak begitu tertarik pada pencitraan Berlusconi la RAÏ dan Eropa 7 milik negara dan saingannya Mediaset. Sambil membaca Corrièra de la Serra dan Gazetta de lo Sporto, terpampang juga foto Berlusconi. Rupanya Corrièra de la Serra merupakan harian yang diambil alih Berlusconi melalui salah satu tangan kanannya Licio Gelli via grup Mondadori. Sebenarnya Licio Galli merupakan pintu masuk bagi jaksa anti korupsi dan anti duit kotor di Milan karena menurut Galaldo Colombo, pensiunan jaksa anti korupsi Milan yang punya pengawal hingga 5 ring, Licio lah yang menyimpan daftar hadir pertemuan Piazza de Fantana, di mana salah satu yang hadir adalah Berlusconi. Costanzo, seorang jurnalis idialis senior di Corrièra de la Serra, harus mundur karena tidak tahan meninggalkan harian itu di Tahun 1982.

BACA JUGA :  Menakar Manfaat dan Pengaruh Debat Publik Paslon dalam Pilkada 2024 bagi Pemilih di Sulteng

Pada bisnis hiburan, Berlusconi memiliki Mendusa Multicinema, 21stnya Itali di hampir seluruh kota di Itali. Jadi hampir seluruh kegiatan bisnis di Itali dimonopoli oleh kelompok bisnis Berlusconi. Hotel dan restoran, apartemen, agen apartemen, perusahaan arsitek melalui Mario Cattalano, AC Milan melalui Galiani, Mediaset melalui Massimo Cancamito, Mondadori melalui pastor Don Gallo, serta saat ini proyek bendungan raksasa di Venesia seharga €5 miliar selama periode 2003-2013 dikerjakannya tanpa referendum sama sekali pada rakyat Venesia, termasuk dengan Cavalière dan bekas pentolan partai politik Forza Italiano alias ayo orang Itali yang pernah menjadikannya menjadi perdana menteri di dekade 90 an sebelum jatuh karena ditinggalkan sekutunya, Humberto Bosi dari partai Liga Utara. Saat itu, Berlusconi memegang tampuk partai Cavalière dengan slogan papolo de la liberta yang anehnya justru mempunyai banyak fans di wilayah selatan utamanya Napoli. Banyak di antara anggota cavalière ini adalah politisi cantik di mana clan famili memegang peranan penting. Ambilah contoh Pamela Romano, wanita muda nan cantik sebagai pendukung utama Berlusconi di Napoli. Mungkin saja ada di antara pendukungnya ada para Camora, sebutan anggota mafia Napolitano.

Itulah Berlusconi, walaupun beberapa kali tergelincir karena skandal dan banyak tangan kanannya masuk penjara akibat korupsi dan money laundering seperti David Mills, pengacara Berlusconi di Inggris, Marcello delle Utri terkena skandal money laundering, Mario Restucia, skandal korupsi, di samping Rubygate, dan ancaman pemakzulan parlemen. Namun, semua dilalui Berlusconi. Ia tetap tenang di kursi PMnya termasuk memanfaatkan kekebalan hukum sebagai PM. Yang salah tentu rakyat Itali, karena satu di antara dua Italiano memilih beliau sebagai PM. Tetapi, sepandai-pandainya tupat, pasti jatuh jua. Beliau harus mundur karena justru karena krisis hutang, minggu ini menjadi akhir baginya, cukuplah dua kali duduk di kursi PM hingga kematiannya. Arrivederci Berlusconi, selamat jalan Berlusconi.

BACA JUGA :  Mencari Jejak Identitas Kaili Rai di Tengah Arus Modernisasi

Penulis adalah Akademisi Untad, pernah 3,5 tahun tinggal di Perbatasan Itali-Prancis