PALU- Dinamika pemilihan kepala daerah menjelang 27 November 2024, menunjukkan adanya potensi perubahan suara yang bisa sangat menentukan. Oleh karena itu, baik petahana maupun calon non-petahana perlu memanfaatkan setiap kesempatan untuk meraih dukungan masyarakat.
CEO Lembaga survei ARCHY Research and Strategi Mukhradis Hadi Kusuma menuturkan, dalam konteks pemilihan kepala daerah yang akan berlangsung pada 27 November 2024, hasil survei menunjukkan adanya tiga klasifikasi utama pemilih di masyarakat: kelompok tradisional, silent majority, dan kelompok yang sudah menentukan pilihan.
Muchradis menjelaskan, Kelompok Tradisional ini cenderung mendukung petahana, yang memiliki jaringan kuat di kalangan masyarakat tradisional. Mereka biasanya stabil dalam pilihan dan memiliki kemungkinan rendah untuk beralih.
Lalu selanjutnya kata Muchradis, kelompok Silent Majority ini sulit diidentifikasi preferensinya, dan menjadi target bagi ketiga pasangan calon untuk menarik suara mereka.
Kemudian kata Muchradis, Kelompok yang Menentukan Pilihan ini telah memilih calon tertentu, dengan dukungan yang relatif merata antara tiga pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Ahmad Ali dan Abdul Karim Aljufri, Anwar Hafid dan Reny Lamadjido, serta paslon Rusdy Mastura dan Sulaiman Agusto.
Muchradis mengatakan, dari hasil survei dan angka dukungan survei terbaru menunjukkan, Petahana Rusdy Mastira 28,6 persen, Ahmad Ali 26,9 persen dan
Anwar Hafid 21 persen
“Perbedaan angka dukungan di antara calon-calon tersebut cukup tipis, dengan kemungkinan adanya pergeseran suara menjelang pemilihan,” kata Muchradis di Palu, Jumat (11/10).
Olehnya kata Muchradis, pasangan non-petahana harus mencari suara dari kelompok silent majority dan swing voters, dengan memperhatikan dinamika selama 50 hari sebelum pemilihan. Untuk itu, penting bagi mereka untuk memanfaatkan kreativitas dalam meraih pemilih baru.
Menanggapi isu sensitif yang berkaitan dengan agama, Muchradis mengatakan, para calon disarankan untuk tidak memperbesar pembahasan tersebut, agar tidak membuka ruang untuk konflik yang lebih luas. Mengelola isu ini dengan hati-hati akan membantu menjaga stabilitas dukungan masarakat.
Untuk meningkatkan visibilitas, pasangan calon disarankan untuk mengadakan acara publik, sehingga dapat langsung berinteraksi dengan masyarakat.
“Dalam analisis terakhir, diprediksi salah satu calon bisa meraih suara hingga 37-38 persen. Dengan margin yang tipis, penting bagi tim hukum untuk bersiap menghadapi kemungkinan sengketa di Mahkamah Konstitusi (MK),” ujarnya.
Reporter : IKRAM/Editor: NANANG