POSO – Peran dan lingkungan acap kali menjadi kegelisahan dirasakan pada usia remaja dan pemuda. Dalam konteks Poso, tambahan lainnya adalah tantangan masa depan, masa lalu, dan masa kini.
Oleh karena itu, beberapa anak muda Poso melakukan pertemuan digagas oleh SKP-HAM, di Rumah Belajar Buyu Katedo, Rabu kemarin (7/7)
Dari pertemuan itu, dihasilkanlah tagar #Posoaman dan #Posoindah, sebagai “senjata” untuk melawan narasi negatif yang masih subur tentang Poso. Narasi ini terus terjaga terutama bagi mereka berada di luar daerah ini, dan hanya mengandalkan pemberitaan media massa dan media sosial.
Pertemuan awalnya, hanya akan dilaksanakan secara tatap muka ini, harus berubah konsep setelah berkoordinasi dengan tim satuan tugas Covid-19 setempat.
Metode offline dan online akhirnya dipilih untuk mengakali situasi pembatasan. Meskipun demikian, hal tersebut tidak menjadi kendala berarti dan pertemuan tetap terlaksana.
Kurang lebih 22 pemuda terlibat dalam pertemuan. Terdiri dari sembilan orang secara offline dan 13 lainnya secara online.
Peserta sendiri hadir dengan berbagai latar belakang ras, suku, agama dan perwakilan. Sebut saja perwakilan dari remaja Desa Sepe, Pemuda Desa Tongko, Pemuda Napu, Pemuda Labuan, Pemuda Bukit Bambu, Pemuda Matei Lage, Komunitas Kurang Kreatif, dan perwakilan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di sekitaran Poso.
Selain itu, pemerintah desa diwakili oleh Kepala Desa Sepe, turut hadir, terlibat langsung dalam kegiatan ini.
Di awal peserta dipantik untuk berbagi cerita tentang kegelisahan-kegelisahan mereka dapati di desa secara khusus dan persoalan ada di Kabupaten Poso secara umum.
Hal-hal menggelisahkan kemudian muncul adalah persoalan lingkungan pesisir pantai tercemar karena kebiasaan beberapa masyarakat membuang sampah secara sembarangan, kenakalan remaja disinyalir akibat dari menenggak minuman keras dan konsumsi narkotika, masuknya pemilik modal besar menguasai tanah dalam jumlah sangat luas dan menjadikan masyarakat lokal sebagai pekerja di kampung sendiri, perusahaan tambang mengancam kelestarian lingkungan, dan masih ada hingga sekarang adalah isu terorisme, ekstrimisme, dengan segala turunannya.
“Padahal ikan yang kami (masyarakat) makan sehari-hari juga berasal dari sana. Tetapi sebagian masyarakat sepertinya tidak peduli tentang lingkungan terus tercemar sampah,” ujar salahsatu peserta Zuldan.
Kemudian peserta lain menambahkan, “Orang-orang di luar (Poso) masih menganggap tidak aman. Ketika saya memperkenalkan diri berasal dari Kabupaten Poso, mereka langsung tanya, Poso sudah aman?”
Dalam pertemuan ini kemudian menyepakati bahwa narasi ini harus dilawan. Salah satunya adalah dengan cara membuat narasi ‘tandingan’. Peserta beranggapan bahwa media (massa dan sosial) masih menjadi alat paling masif dan efektif untuk memenangkan ‘pertarungan’ narasi ini.
Di sesi berbagi asa dan harapan, peserta muda mengharapkan akan ada perubahan ke arah lebih baik atas kondisi saat ini di masa yang akan datang. Baik dalam konteks desa maupun Poso secara luas. Peserta juga bersepakat bahwa hal ini hanya akan bisa terwujud dengan kerja-kerja bersama. Hingganya kegiatan-kegiatan serupa mesti terus dilakukan.
Peserta dan relawan Rumah Belajar kemudian menyepakati rencana tindak lanjut berupa; Pertama, pertemuan (lanjutan) dengan pemuda Napu. Kedua, kampanye kreatif secara masif di media sosial dengan tagar #Posoaman dan #Posoindah, dan Ketiga, membuat surat yang dikemas menarik dengan maksud meminta kejelasan dan komitmen pemerintah (dalam hal ini Gubernur Sulawesi Tengah dan Presiden Republik Indonesia) perihal penyelesaian persoalan terorisme di Poso.
SKP-HAM melalui Rumah Belajar Buyu Katedo berkomitmen akan terus mendukung, memfasilitasi, dan terlibat aktif dalam segala aktivitas dan inisitif baik anak muda, menghubungkan dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan, juga akan melakasanakan beberapa pelatihan, seperti pelatihan HAM dan pelatihan kekaryaan.
Dalam rangka mendukung gerak anak muda ini juga, Nurlaela Lamasitudju selaku Sekjend SKP-HAM menyampaikan bahwa Rumah Belajar terbuka lebar bagi siapa saja ingin menggunakannya sebagai tempat belajar, pertemuan, kegiatan, dan lain-lain.
Rep: Ikram/***