PALU – Menjadikan Habib Idrus bin Salim Aljufri atau Guru Tua sebagai pahlawan dinilai penting, atau sangat perlu, terkhusus bagi daerah Sulawesi Tengah. Hal ini disampaikan oleh Dosen Komunikasi Politik Universitas Muhammadiyah (Unismuh), Ari Fahri kepada Media Alkhairaat, via wasthapp, Kamis (27/1).
Menurutnya, sebenarnya Guru Tua tidak membutuhkan gelar pahlawan, tapi daerah inilah yang membutuhkan beliau sebagai Pahlawan Nasional.
Dia membagi pentingnya Guru Tua sebagai Pahlawan Nasional dalam dalam dua bingkai komunikasi. Yaitu, komunikasi keluar dan kedalam.
Dalam komunikasi keluar, jelas Ari, ini sebagai alat diplomasi. “Sebab apa? Dalam bingkai komunikasi daerah keluar. Itu juga sebagai diplomasi kita keluar daerah. Oh, ini daerah yang punya jejak Pahlawan yang namanya Guru Tua atau Sis Aljufri? Dan ini menjadi alat diplomasi sangat efektif,” ujarnya.
Hal itu kata dia, misalnya, pada orang Makassar ketika mereka keluar,mereka akan dikenal sebagai orang yang tempat kelahirannya, ada pahlawan bernama Sultan Hasanuddin. Begitu juga daerah lain.
“Jadi kita butuh beliau!” tegas Ketua Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam pada Fakultas Agama Islam (FAI) Unismuh ini.
Sementara dalam bentuk komunikasi kedalam. Guru Tua akan menjadi gambaran karakter masyarakat daerah.
“Jadi kita butuh semacam rekayasa budaya, dengan membuat atau mengukuhkan satu orang pahlawan sebagai teladan kita. Dalam hal ini Guru Tua,” ulasnya.
Jadi intinya, karakter orang Sulawesi Tengah itu akan tergambar dari siapa pahlawannya.
“Kalau kita nantinya Guru Tua dikukuhkan sebagai pahlawan maka itulah gambaran karakter masyarakat kita,” tandasnya.
Reporter: NANANG