Kehidupan dunia bukanlah tujuan akhir dari perjalanan hidup karena perjalanan hidup yang sesungguhnya baru akan berakhir di terminal akhirat.

Perjalanan hidup di dunia penuh dengan lika-liku, tantangan dan rintangan yang besar kecilnya dan berat tidaknya bergantung kepada kesiapan dan kemampuan seseorang menghadapinya.

Sudah selazimnya kita mempersiapkan diri dengan bekal yang dibutuhkan berdasarkan pemahaman yang benar akan tabiat dan karakter perjalanan hidup ini.

Harapannya, sebagaimana orang asing yang sedang menempuh perjalanan panjang, bilamana menjumpai persoalan atau mengalami kesulitan maka kita akan mampu mengatasinya dengan baik.

Bekal yang paling penting dalam hal ini adalah bekal iman dan taqwa kita kepada Allah yang karenanya kita dapat menghimpun modal amal saleh sebanyak-banyaknya.

Perumpamaan yang disampaikan oleh Nabi SAW ini juga menganjurkan kita untuk hidup dengan zuhud di dunia ini. Artinya, jangan sampai kita tergantung dan terikat dengan dunia, karena tidak selamanya kita berada di dunia ini.

Sebagaimana orang asing, hendaknya kita tidak terlalu disibukkan dengan urusan dunia sehingga lupa akhirat.

Dan sebagaimana pengembara yang tidak akan membawa beban berat yang bisa menyusahkan perjalanannya, demikian pula hendaknya kita mengambil yang secukupnya saja dari kenikmatan-kenikmatan dunia sehingga kita tidak akan berat untuk meninggalkan dunia dan isinya ketika Allah menetapkan ajal kita.

Nabi SAW juga mengajarkan kepada kita untuk tidak terlalu panjang angan-angan. Tentu yang dimaksud adalah angan-angan keduniaan.

Kita harus sadar bahwa ajal yang misterius akan memutus panjangnya angan-angan kita.

Dalam riwayat Bukhari, Anas ra berkata, ”Nabi membuat garis seraya bersabda, ’Ini manusia, ini angan-angannya, sedangkan ini ajalnya. Ketika dia sedang berada dalam angan-angan, tiba-tiba datanglah kepadanya garisnya yang paling dekat.’

Maksud dari ’garisnya yang paling dekat’ adalah ajal kematiannya.

Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan setiap detik dalam kehidupan kita di dunia ini dengan amal-amal kebaikan.

Kita harus bersemangat untuk beramal yang sebanyak-banyaknya di dunia ini. Sangat tidak tepat jika yang justru dominan dalam diri kita adalah sifat malas, hura-hura, suka kemaksiatan dan hal-hal lain yang tidak produktif serta tidak memberi nilai kemanfaatan apapun untuk masa depan kehidupan kita.

Terlebih lagi di era dimana roda kehidupan berputar sangat cepat, penuh dengan trik dan intrik negatif, godaan kehidupan serta budaya materialisme dan hedonisme yang semakin menggiurkan. Semua itu sangat berpotensi melalaikan seseorang dari tujuan hidupnya yang hakiki.

Rasulullah saw bersabda, ”Diantara tanda kebaikan keislaman seseorang adalah jika ia mampu meninggalkan hal-hal yang tidak memberi manfaat kepadanya.” (HR Tirmidzi).

Seorang muslim ideal adalah yang sikap hidupnya berorientasi pada nilai produktivitas dan efektivitas.

Dia bukan tipe orang yang malas bekerja, suka berhura-hura, suka berfoya-foya, begadang semalaman tanpa tujuan, kongko-kongko di pinggir jalan, bersenang-senang menghabiskan uang, berbuat sesukanya tanpa larangan, dan seterusnya.

Janganlah kita untuk tidak membiasakan diri menunda-nunda pekerjaan. Jika suatu pekerjaan bisa dilakukan pada waktu sore, janganlah kita menundanya hingga esok pagi.

Jika suatu pekerjaan bisa dilakukan pada pagi hari, jangan pula kita menundanya hingga sore hari. Setiap waktu memiliki tuntutan dan haknya masing-masing.

Bila kita menunda-nunda amal kebaikan bisa menjadikan amal baik yang akan kita lakukan itu tidak terlaksana. Itu karena kita tidak tahu kapan ajal menjemput diri kita.

Boleh jadi karena menunda-nunda amal ajal keburu menjemput diri kita sehingga kita tidak sempat melakukan amal baik yang telah kita niatkan.

Selain itu, bila kita menunda-nunda amal baik bisa menyebabkan niat kita menjadi berubah karena ketika kita menunda-nunda berbuat baik, sama dengan membuka kesempatan pada hawa nafsu dan kepada syetan untuk mengganggu dan menggoda diri kita untuk tidak melakukan kebaikan karena hawa nafsu dan setan senantiasa mengajak kepada keburukan dan menghalangi untuk berbuat kebaikan. Wallahu a’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)