PAPUA – Kepak sayap dakwah, sosial dan pendidikan yang menjadi cita-cita mulia Habib Sayyid (HS) Idrus bin Salim Aljufri atau Guru Tua, semakin melebar jauh menjangkau pelosok negeri.
Alkhairaat yang didirikan Guru Tua puluhan tahun silam, yang mulanya masih sebatas di Bumi Tadulako, kini telah menjangkau Tanah Papua.
Warisan paling berharga yang saat ini dipegang oleh sang cicit, Habib Sayyid (HS) Alwi bin Saggaf Aljufri sebagai Ketua Utama Alkhairaat, untuk pertama kalinya telah terbentuk di Papua.
Sebelumnya juga telah ada program Pendidikan Alkhairaat di Papua Barat. Kehadiran Alkhairaat bukan baru di Bumi Papua. Jauh sebelumnya di daerah Sorong dan Manokwari telah dirintis lewat pengiriman tenaga pengajar oleh Pendiri Alkhairaat dan dianjurkan oleh abnaul khairaat yg berasal dari wilayah tersebut
Saat ini, di provinsi beribukota Jayapura itu, Komisariat Wilayah (Komwil) Alkhairaat sudah terbentuk. Struktur pengurusnya juga sudah di-SK-kan oleh Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Alkhairaat, Dr HS Mohsen Alaydrus.
Komwil Alkhairaat Papua diketuai oleh Haji Thaha Alhamid, seorang tokoh masyarakat Papua yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Presidium Dewan Papua. Thaha Alhamid adalah salah satu pendiri Yayasan Pendidikan Islam (YAPIS) di Tanah Papua.
Ketua Dewan Pembina Alkhairaatnya sendiri adalah Kapolda Papua, Komjen Mathius Derek Fakhiri yang pada Jum’at tgl 23 Agustus 2024 telah dinaikan pangkatnya menjadi bintang tiga oleh Kapolri, Jendral Pol Listyo Sigit Prabowo.
Wakil Ketua Dewan Pembina, Komwil Alkhairaat Papua, Fred Fernandus Aronggear yang dihubungi dari Palu, Sabtu (24/08), mengatakan, pihaknya sudah merencanakan pembangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Alkhairaat di Papua diatas lahan seluas 2 hektar, tepatnya di Kabupaten Keerom sejak awal tahun 2024.
“Lahan seluas 2 hektar dan telah diserahterimakan langsung oleh pemilik lahan saudara Syarifudin (Udin Arso) kepada Ketua Utama Alkhairaat Habib Sayyid Alwi bin Saggaf Aljufri disertai surat pelepasan adat,” kata Fredy.
Ia menambahkan, pembangunan pesantren di Kabupaten Keerom berawal dari niat saudara Syarifuddin karena melihat masih banyak masyarakat asli di Kabupaten Keerom yang membutuhkan pendidikan, tetapi mereka terkendala dengan fasilitas.
Selain itu, perekonomian yang masih sangat terbatas dan perlu adanya dukungan dari pemerintah kabupaten dan provinsi.
“Terlebih lagi di Kabupaten Keerom ini penduduknya didominasi oleh warga transmigrasi dari Pulau Jawa melalui program pemerintahan pusat di tahun 80-an yang hingga saat ini sudah menyatu dengan warga asli Keerom,” tutur Fred.
Untuk tahap awal, kata Fred, Pengurus Komwil Alkhairaat Papua berencana membangun gedung pendidikan di pesantren pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)/TK, Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), agar warga Keerom dapat menyekolahkan anak-anak mereka melalui program dan fasilitas pendidikan yang dibutuhkan oleh anak usia sekolah, baik itu Orang Asli Papua (OAP) maupun non OAP agar dapat mengenyam pendidikan.
“Jadi kami berharap dengan kehadirannya Alkhairaat di Kabupaten Keerom ini bisa merangkul warga muslim dan pesantren ini juga ingin membantu warga non muslim dalam bidang pendidikannya. Jadi bukan hanya dikhususkan untuk muslim saja. Apabila pesantren Alkhairaat ini sudah dibangun, nanti kita akan fasilitasi untuk pendidikan umum dan pendidikan agama Islam bagi anak anak kita yang beragama islam,” katanya.
Kata dia, untuk Provinsi Papua sendiri, penduduknya didominasi non muslim (nasrani). Namun, kata dia, khusus di Kabupaten Keerom, sebagian besar warganya beragama Islam yang sangat tinggi toleransi keagamaannya. Meski demikian, tingkat kerukunan juga sangat terjalin harmonis dan penuh damai.
“Oleh karena itu kami telah bernazar untuk membuat pesantren dan fasilitas ibadah karena kami merasa bahwa ini sangat penting buat umat, buat masyarakat di Keerom dan masyarakat Papua keseluruhan,” katanya.
Lebih lanjut Fredy mengatakan, di daerah itu telah terbentuk Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB), dan salah satu unsur pimpinan dari pihak muslim adalah Nursalim yang juga Ketua Nahdlatul Ulama (NU) Papua dan dari pihak nasrani oleh Pujiono sebagai kepala kampung.
“Rencana pembangunan pesantren ini sudah dikoordinasi dengan bakal calon bupati Kabupaten Keerom Kenius Kogoya dan wakilnya Pak Nursalim. Bakal calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Keerom ini horizontal dengan pencalonan Gubernur Papua, di mana yang mencalonkan sebagai Gubernur Papua adalah Kapolda Papua Komjen Mathius Derek Fakhiri selaku Ketua Dewan Pembina Komwil Alkhairaat Papua,” ungkapnya.
Ia berharap para bakal calon tersebut bisa sukses, karena tujuan dunia dan akhirat mereka sudah sangat dirasakan masyarakat Papua dan Kabupaten Keerom.
“Sementara Kenius Kogoya sebagai bakal calon bupati Keerom dan wakilnya dan Pak Nursalim selaku Ketua NU, saya melihat ada kolaborasi dan keterikatan yang sangat erat, komunikasi mereka sudah cukup bagus,” tutupnya.
Dihubungi terpisah, Ketua Utama Alkhairaat, HS Alwi bin Saggaf Aljufri menyampaikan syukur atas terbentuknya Pengurus Alkhairaat dan rencana pembangunan pesantren di Kabupaten Keerom.
Kata dia, Alkhairaat sendiri tidak hanya hadir memberikan solusi dalam dunia Pendidikan saja, namun juga hadir meningkatkan kesejahteraan penduduk di sekitarnya
“Jadi Alkhairaat hadir meningkatkan kesejahteraan masyarakat lewat BUMA (Badan Usaha Milik Alkhairaat) dan koperasi,” kata Habib Alwi. (RIFAY)