PALU – Dalam rangka mengenang bencana alam Kota Palu 18 september 2018 silam, Pihak Yayasan Al-Azhar Mandiri Palu menggelar kegiatan Mitigasi Bencana, di Kompleks Al-Azhar, Jalan Garuda, Kota Palu, Kamis (27/9).
Direktur Utama Yayasan Al-Azhar Mandiri Palu drs. Abdul Basit Arsyad, M.Pd, dalam sambutannya mengatakan, dalam rangka mengenang peristiwa bencana alam, pihaknya menggelar mitigasi bencana, yang terdiri dari sejumlah kegiatan.
“Pertama ada Mitigasi bencana yang dilakukan, yakni mengenali apa itu bencana kemudian menyadari dampak yang diakibatkan dan membuat suatu perencanaan untuk mengatasi apabila terjadi suatu bencana,” ujarnya.
Dia menerangkan, selain kegiatan Mitigasi, ada pameran foto dan lukisan l, serta Video informasi terkait kebencanaan. Selain itu, kegiatan dzikir bersama, dimana untuk peserta kegiatan ini semua berjumlah 216 siswa yang dimulai dari tingkatan TK, SD dan SMP yang ada di Al Azhar.
“Jadi peserta ini dimulai dari TK terlebih dahulu dimana kunjungan siswa itu ke Pameran nanti dilakukan secara bertahap kemudian disusul SD,” ujarnya.
Menurutnya, agar kegiatan ini tidak mengganggu proses belajar siswa, maka di setiap hari sabtu ruang pameran akan dibuka untuk itu.
“Nanti diatur jadwalnya, dimulai dari SD kelas berapa dan seterusnya sampai dengan tingkat Smp,” terangnya.
Kata Basit, pihaknya juga terbuka pada siswa-siswi sekolah lain yang ingin berkunjung di pameran. Tetapi diwajibkan terlebih dahulu mendaftar.
“Silahkan jika ada dari sekolah lain yang ingin berkunjung ke pameran di Al-Azhar ini, tapi nanti setelah selesai kunjungan dari siswa Al Azhar yang berjumlah 1600 an orang,” jelasnya.
Pameran ini kata Basit akan dibuka sampai dengan tiga bulan ke depan, dan untuk jadwal kunjungan siswa Internal Al-Azhar akan berlangsung selama sebulan.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), Andi Kamal Lembah, SE,M.Si yang meresmikan kegiatan pameran kebencanaan di Al Azhar mengatakan, peristiwa bencana alam yang terjadi lima tahun yang lalu menjadi sejarah di daerah ini.
“Peristiwa bencana memiliki hubungan keterkaitan dengan cagar budaya. Kalau seperti di daerah lokasi bencana kemudian dibangun monumen, maka itu harus selama 50 tahun baru bisa dijadikan cagar budaya,” terangnya.
Menurutnya, berkaitan dengan hal itu, apa yang dilakukan Al Azhar saat ini dengan Inisiasi mendirikan Museum adalah langkah yang sangat positif.
“Kami selaku pemerintah memberi apresiasi atas hal ini,” ucapnya.
Dia mengaku bahwa pihaknya baru mengusulkan kepada seluruh Pemerintah kabupaten/kota dan seluruh lembaga-lembaga pendidikan yang ada untuk mendirikan museum.
“Ternyata hal ini sudah didahului oleh Direktur Al Azhar,” tandasnya.
Reporter : Hamid
Editor : Yamin