Terkadang manusia lupa pada hakikat dirinya. Dia lupa bahwa dia diciptakan dari tanah, bahwa asal usulnya adalah dari air yang hina.

Hanya karena titipan harta, kemampuan, atau pangkat sementara, tak sedikit manusia menjadi sombong. Padahal kesombongan tidak ada untungnya sama sekali, tetapi malah sangat merusak diri.

Karena angkuh dan sombong Iblis terusir dari surga dan terlaknat hingga Hari Kiamat, bahkan selamanya. Karena angkuh dan sombong, Firaun ditenggelamkan dalam lautan dan jasadnya dipermalukan sebagai ibrah manusia sejagat. Karena angkuh dan sombong, Qarun dibenamkan ke perut bumi berikut harta dan kekayaannya.

Senasib dengan makhluk terkutuk lainnya, kaum ‘Aad, kaum Luth, Tsamud, dan lain sebagainya. Semuanya diazab dengan pedih karena kesombongan dan keangkuhan mereka; memandang rendah para rasul yang diutus kepada mereka. Lebih dari itu, mereka pun menolak kebenaran yang disampaikan para rasul.

Akibat angkuh dan sombong pasti akan sakit dan menyakitkan, hina dan menghinakan, habis dan menghabiskan. Berdalih dan berargumentasi untuk sebuah pembenaran yang dipaksakan adalah hal yang sama pasti akan merusakkan dirinya.

Untuk kita renungkan bahwa kesombongan menjadi sumber dosa yang semakin mempersulit jalan menuju surga. Apalagi kesombongan bisa bertambah-tambah, karena orang-orang yang sombong biasanya akan senang bergaul dengan orang-orang yang memiliki penyakit hati yang sama.

“Katakanlah kepada mereka: Masuklah kalian ke pintu-pintu neraka jahannam dan kekal di dalamnya, maka itulah sejelek-jelek tempat kembali untuk orang-orang yang sombong” (QS. Az-Zumar: 72)

Banyak waktu hidup terhabiskan untuk menunjukkan kesombongan diri, sehingga tanpa disadari telah mengurangi waktu untuk mengumpulkan pahala. Padahal meskipun menyombongkan diri, waktu hidup tidak bertambah dan kematian tak akan mundur walau sedikit.

Rasulullah SAW telah menjelaskan tentang bahaya sifat sombong dan angkuh, sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi, beliau bersabda, “Tidak masuk surga siapa saja yang di dalam hatinya ada sedikit kesombongan, kemudian seseorang berkata, “Sesungguhnya seseorang itu senang pakaiannya bagus dan sandalnya bagus.” Beliau bersabda,”Sesunguhnya Allah itu Indah dan Dia menyenangi keindahan, kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR Muslim).

Imam An-Nawawi turut berkomentar tentang hadis ini, “Hadis ini berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka dan menolak kebenaran.” (Syarah Shahih Muslim 2/269).

Orang-orang yang sombong dan tinggi hati tidak berhak atas nikmat Akhirat, karena Allah menyiapkan Akhirat untuk, ”Orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi.” (QS. Al-Qashash: 83).

Orang-orang yang sombong adalah orang-orang yang tinggi hati di muka bumi. Ketinggian hati ini mendorong mereka untuk merusak tanaman, hewan, dan semua yang ada di muka bumi. Ajaran-ajaran Ilahiyah dalam jumlah yang banyak lagi melimpah melarang kesombongan, takabur, dan tinggi hati.

Luqman mewasiatkan kepada anaknya, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)

Singkatnya, tak ada manfaat menyombngkan diri. Ilmu yang diberikan harus difungsikan untuk melawan berbagai penyakit, termasuk penyakit hati dalam bentuk kesombongan.

Maka sepantasnya, seorang Muslim menjauhkan diri dari sifat sombong dan menumbuhkan sifat tawadhu.

Semoga Allah SWT mengisi dan memenuhi hati kita dengan sifat tawadhu. Mudah menerima kebenaran, dan tidak meremehkan orang lain. Wallahu a’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)