PALU –  Akademi Kebidanan (Akbid) Palu Yayasan Pendidikan Cendrawasih menggelar seminar nasional dengan tema “Introducing Gentle Birt As An Inovation In Midwifery Service” di salah satu hotel, Ahad (11/02).

kegiatan itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas bidan dan lulusan kebidanan dengan memberikan gambaran dan informasi lebih dalam tentang bagaimana menjadi bidan yang professional, memiliki wawasan, pengetahuan yang luas dan mampu memotivasi diri sebagai entrepreneur dalam bidang kesehatan hingga mampu berkontribusi dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) atau Angka Kematian Bayi  (AKB) di Indonesia.

Kegiatan itu menghadirkan narasumber, Yessie Aprillia, PD IBI Sulteng, perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng dan dr. Daniel Saranga.

Direktur Yayasan Pendidikan Cendrawasih, Abdullah Amari mengatakan, dari data nasional maupun Sulteng, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian ibu semakin tinggi, yang disebabkan pendarahan, preklamasi, infeksi, dan penyebab tidak langsung seperti masalah ekonomi, letak demografi dan pengetahuan berupa hal-hal terkait kehamilan.

”Melalui kegiatan ini saya mengharapkan tercapainya Human Development Indeks (HDI) yang kita ketahui salah satu barometernya adalah menurunkan angka kematian ibu hamil dan melahirkan,” harapnya.

Abdullah menginginkan, kedepan perlu merenovasi dan membuat satu kegiatan yang komplit berupa witcher kegiatan sektoral dan structural, sehingga dapat terpadu, bahkan simposium yang sifatnya international.

“Sejak berdirinya Akbid Cendrawasih, saya memberi nama kampus yang Siap Antar Jaga (Siaga), dengan harapan bidan-bidan yang terproduksi di kebidanan mempunyai skill dan attitude-nya serta menerima fungsi inovasi yang baru demi tercapainya hal yang kita inginkan,” ujarnya.

Sementara, Asisten III Bidang Pembangunan, Pemkot Palu, Mukhlis Abdul Umar, mengatakan, seminar tersebut sebagai bentuk kolaborasi dunia pendidikan kesehatan dengan Pemkot Palu, baik dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan kesehatan jangka menengah maupun pencapaian standar pelayanan minimal kesehatan.

Kata dia, Pemkot Palu sangat serius dalam hal penanganan kesehatan. Keseriusan itu dapat dilihat dengan menempatkan pelayanan kesehatan murah, terjangkau dan berkualitas sebagai tujuan dari misi kedua Pemkot Palu.

“Proporsi pembiayaan urusan kesehatan yang telah ditetapkan dalam APBD tahun 2017 sebesar 38,61 persen dan 25,26 persen di tahun 2018. Alokasi tersebut melebihi dari amanat Pasal 171 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yaitu sekurang-kurangnya sebesar 10 persen dari total belanja daerah di luar gaji,” tandasnya. (YAMIN)