Aifon Pengrajin di Lembah Behoa Berharap Perhatian dari Pemerintah

oleh -
Aifon (memakai Siga), salah seorang pengrajin rotan di Lembah Behoa, tengah mengajarkan para pemuda Behoa untuk mengayam rotan menjadi keranjang belanja dan pot bunga. (Foto: MA/Irma)

PALU – Sebagai warga Lembah Behoa atau di Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso, tempat yang bakal menjadi branding pariwisata Sulawesi Tengah, “Negeri 1000 Megalith”, keberadaan pengrajin mesti dipersiapkan. Namun rupanya pengrajin di daerah itu justru mengalami kesulitan.

Aifon, salah satunya. Seorang pengrajin berusia 32 tahun yang penuh semangat, berusaha melestarikan tradisi dan keindahan kerajinan khas daerah Lembah Behoa. Namun, dalam perjalanannya tidaklah mudah dan mulus. Dia dan temannya menghadapi berbagai kendala yang menguji ketekunan dan kesungguhan mereka.

“Bahan baku sulit kami dapatkan, lebih banyak didapatkan di Kota Palu. Jauh dari tempat kami. Sudah sulit, harus di beli lagi,” aku pemimpin dari para pengrajin Lembah Behoa ini.

BACA JUGA :  Pesan Kepala BI Sulteng untuk Santri Madinatul Ilmi: Ingat ABC

Selain itu tempat berkumpul para pengrajin belum tersedia.

“Kami masih dikumpulkan dalam rumah berkumpul, kalau orang di sini bilang Tambi Pohirampua,” ujar Aifon kepada media ini, Sabtu akhir pekan kemarin, di lokasi Festival Tampolore.

Tak hanya itu, keterbatasan dana juga menjadi tantangan serius bagi pengrajin ini. Tanpa sumber dana yang memadai, mereka sulit untuk mengembangkan usaha mereka dan memperluas jangkauan pasar.

Menurutnya, setiap pemasukan dari penjualan kerajinan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sementara impian mereka untuk mengembangkan potensi bisnis mereka terasa semakin jauh.

Meski menghadapi keterbatasan, pengrajin-pengrajin ini tetap bersatu dan saling mendukung. Mereka berkumpul di sebuah rumah sederhana yang mereka sebut tambi Pohirampua. Di dalam rumah itu, mereka berbagi pengalaman, keterampilan, dan semangat yang sama. Meskipun ruangnya terbatas, mereka mencoba semaksimal mungkin untuk menciptakan kerajinan yang bernilai.

BACA JUGA :  Pajak 10 Persen untuk Warung "Mas Joko" dan PKL Mengacu Perda

Di Tambi Pohirampua terkumpul para pengrajin seperti, dari kerajinan rotan, tas anyaman, keranjang anyaman, pengrajin tikar dari daun pandan hutan, gelang dan cincin, pengrajin baju dari kulit kayu, serta pembuat teh yang terbuat dari ramuan daun mayana

Aifon berharap adanya kendala tersebut dapat menjadi perhatian khusus oleh pemerintah melalui instansi terkait, sehingga para pengrajin di lembah Behoa kecamatan Lore tengah kabupaten Poso tidak punah ataupun hilang karena tidak adanya perhatian dari pemerintah.

“Saat ini kami baru didampingi ole ROA atau Relawan Untuk Orang dan Alam. Kami juga berharap pemerintah dapat memberikan pendampingan buat para pengrajin disini,” menutup pembicaraannya.

Reporter: IRMA/Editor: NANANG