Agroforestry dan RHL BP-DAS: Wujudkan Keseimbangan Ekologis, Sosial Budaya dan Kesejahteraan

oleh -
Jalannya kegiatan talkshow “Agroforestry dan RHL” yang dilaksanakan BP DAS Palu-Poso, di Palu, Senin (26/08). (FOTO: media.alkhairaat.id/Rifay)

PALU – Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP DAS) Palu-Poso, menggelar talkshow “Agroforestry dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)” dalam rangka peningkatan pelaksanaan Forest Programme III Sulawesi Tahun 2024.

Kegiatan berlangsung di Palu, Senin (26/08), menghadirkan tiga narasumber, yakni dari Forest Programme (FP) III, Fransiskus Saru yang menguraikan tentang penyelenggaraan Forest Programme III di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng). Ia juga adalah salah satu aktivis pegiat lingkungan dan kehutanan.

Narasumber lainnya adalah Prof. Dr. Naharuddin, Akademisi Fakultas Kehutanan Untad/Ketua Forum DAS Provinsi Sulteng, serta akademisi yang juga konsultan FP III, Dr. Ir. Abdul Rauf. Rauf memaparkan materi bagaimana FP III di Provinsi Sulteng mulai dirintis dan diimplementasikan.

Peserta dari talkshow ini berasal dari kalangan kampus, seperti Universitas Muhammadiyah dan Universitas Alkhairaat, kelompok tani dari Desa Walatana Kabupaten Sigi, fasilitator dan koordinator fasilitator desa, serta pihak terkait lainnya.

Kepala BP DAS Palu-Poso, Encum, SP., M.Si

Kepala BP DAS Palu-Poso, Encum, SP., M.Si, mengatakan, di dalam pelaksanaannya, rehabilitasi hutan dan lahan ini melalui metode agroforestry yang menggabungkan budidaya pertanian dan budidaya kehutanan.

“Mudah-mudahan kita dapat melanjutkan pembangunan yang telah dirintis dan dimulai oleh Forest Programme III di Provinsi Sulteng walaupun mungkin wilayah pelayanannya cukup terbatas,” katanya.

Kata dia, kegiatan RHL melalui Forest Programme III ini mencakup puluhan desa di wilayah cagar biosfir Lore-Lindu, yaitu di Kabupaten Sigi dan Poso.

“Memang wilayahnya dibatasi di beberapa desa sehingga nanti pembahasannya akan terfokus pada lokasi-lokasi yang dilaksanakan kegiatan RHL ini yang tahun ini menginjak pada tahun ke-8. Semoga menghasilkan sesuatu yang bisa kita rekomendasikan untuk pengelolaan RHL,” harapnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, melalui talkshow ini, pihaknya mengajak seluruh kalangan, termasuk kelompok-kelompok tani sebagai pelaku utama di lapangan yang mereka telah memperlihatkan output sebelumnya.

“Dari output itu masih harus berlanjut, yang menanam duren nanti durennya diapakan, yang menanam kemiri, kemirinya diapakan supaya bernilai ekonomis tinggi,” jelas Encum.

Lanjut dia, melalui talkshow ini juga diharapkan kepada para pihak atau obstacker yang bisa membantu bersama-sama mengelola pascapanen dan memasarkan hasil-hasil yang diperoleh dari kegiatan agroforestry.

“Dejak tahun 2017 sudah ada komoditas yang ditanam, ada kayu-kayuannya yang bisa dimanfaatkan juga setelah nanti bisa dipanen. Jadi ada tanaman kehutanannya, ada tanaman pertaniannya yang bernilai ekonomis, buah-buahan, ada kopi, ada kemiri, ada duren,” urainya.

Memang, kata dia, dari sisi pemasaran komoditas tersebut tidak terlalu susah lagi. Hanya saja, BP DAS ingin agar hasilnya terus-terusan dan bisa meningkat sehingga pada gilirannya nanti, pendapatan masyarakat juga meningkat.

“Kemudian tentu kita harapkan kesejahteraannya juga meningkat dan memberikan dampak kepada petani-petani lainnya di tetangga-tetangga desa untuk berbuat yang sama meniru pola-pola agroforestri yang telah diterapkan,” harapnya.

Selain untuk tujuan ekonomis, lanjut dia, ada dua tujuan lain yang ingin dicapai dari program ini, yaitu dari ekologisnya, di mana dengan tanaman-tanaman tahunan itu bisa penunjang produktivitas lahan melalui tutupan lahan.

Tujuan ketiga adalah sosial budaya, di mana membudayakan masyarakat dengan berorganisasi dalam kelompok.

“Jadi itu tiga hal yang ingin kita capai melalui kegiatan ini dan kegiatan yang kita rintis sejak 2017. Jadi jargon KLHK “Hutan Lestari, Rakyat Sejahtera” bisa tercapai secara perlahan dan berkisanambungan,” tutupnya.

Sementara itu,Kepala Seksi Penguatan Kelembagaan DAS, BD DAS Palu-Poso, Nurakhmat, menambahkan, pihaknya di BP-DAS diberikan tugas untuk meningkatkan kondisi DAS.

“Kita sepakat bahwa ada suatu problem yang sangat mendasar yaitu tentang kelembagaan. Oleh karena itu, sejak tahun 2020, BP DAS membentuk suatu seksi yaitu namanya sesi penguatan kelembagaan DAS,” jelasnya.

BP DAS, lanjut dia, berupaya membangun kelembagaan, salah satunya dengan sudah beberapa kali melakukan peningkatan kapasitas melalui pelatihan-pelatihan.

Lebih lanjut ia menjelaskan mengenai peran BP DAS dalam mengantisipasi perizinan untuk membuka kawasan hutan menjadi tambang.

“Memang secara langsung BP DAS tidak mengatakan stop, namun BP DAS melalui KLHK membuat suatu kebijakan membentuk Forum Peduli DAS. Lewat Forum DAS inilah, BP DAS berharap bisa menyuarakan itu,” ujarnya.

Sebab, kata dia, salah satu peranan penting forum ini adalah bisa membuat rekomendasi kepada pemda untuk membuat bagaimana DAS itu berfungsi dengan baik.

“Forum DAS secara fungsi bisa menyerukan untuk mengurangi atau kalau bisa memang menghentikan ijin-ijin pemakaian hutan yang akan merusak DAS itu sendiri,” katanya.

Akademisi sekaligus Konsultan FP III, Dr. Ir. Abdul Rauf, menjelaskan mengenai filosofi kegiatan Forest Programme III. Kata dia, motivasinya adalah untuk menjaga kelestarian sumber daya dan di sisi lain bisa meningkatkan dukungan sumber daya tersebut untuk kepentingan perekonomian masyarakat.

“Dalam kegiatan ini, yang menjadi bagian atau ranah dari BP DAS ada dua, yaitu agroforestry dan tindakan-tindakan konservasi yang dilakukan dengan membangun bangunan konservasi,” ujarnya.

Pekerjaan itu, kata dia, dilakukan di Walatana, Rogo, Baluase, Palolo, Napu, Kulawi, lalu di Bangga. Itulah semua wilayah FP III yang dilakukan. Jumlah desanya yang menjadi peserta itu kurang lebih 40 desa,” ujarnya.

Menurutnya, dua kegiatan utama yang dikerjakan adalah kita fokus pada agroforestry dan RHL.

“Mengapa kita melakukan agroforestry, mengapa kita melakukan RHL? Karena kita hidup pada satu lingkungan di mana kita tidak bisa memisahkan diri dari sumber daya hutan dan lahan,” katanya.

Kata dia, agar sumber daya itu mempunyai manfaat, maka perlu dijaga supaya tidak mengalami kerusakan.

“Kalau mengalami kerusakan, daya dukungnya menjadi lemah, memiskinkan kita, karena bisa terjadi gagal panen, bencana,” tutupnya. (RIFAY)