PALU- Presiden Republik Indonesia,  Joko Widodo meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso Energy 515 Megawatt, di Desa Sulewana, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah  (Sulteng), Jum’at (25/2).

Namun di balik peresmian itu tersirat kisah sekelumit warga sekitar danau Poso termarginalkan. Dampak dari naiknya muka air danau Poso dipakai untuk menggerakkan turbin dari PLTA, menyebabkan tanah garapan sebagai tumpuan ekonomi warga setempat tidak dapat diolah akibat tergenang air.

Bukan hanya sawah dan kebun yang tidak bisa diolah, lahan penggembalaan kerbau juga semakin susut.

Kisah pilu petani sekitar danau Poso itu diceritakan dalam konferensi pers secara virtual diselenggarakan Masyarakat Adat Danau Poso (MADP).

Pendeta Nova Mentolu menuturkan, sudah dua tahun terakhir keluarganya tidak dapat bercocok tanam dan mengolah lahan persawahan akibat tergenang air pasca percobaan pintu air untuk pembangkit di perusahaan.

Padahal kata dia, dari hasil mengolah lahan persawahannya keluarga itulah dirinya bisa meraih sarjana teologi dan menjadi pendeta seperti saat ini.

Tapi kini harapan untuk menyekolahkan sampai tingkat perguruan tinggi bagi anak-anaknya sirna.

“Sawah itu aset untuk biaya pendidikan,” katanya.

Tidak hanya itu, dari hasil mengolah sawah itu juga para jamaah bisa memberikan persembahan bagi pesta duka maupun suka lebih dikenal dengan nama Mosintuwu.

“Tapi kalau sekarang apa lagi mau dipersembahkan,” pungkasnya.

Hal senada disampaikan Dewa Nyoman Oka Wirawan, kini tidak dapat menyekolahkan anaknya sampai tingkat pendidikan lebih tinggi.

Harusnya dua tahun kemarin anaknya sudah kuliah, tapi itu tidak bisa dilakukan sebab dua tahun terakhir ini tanah sawahnya tidak bisa diolah, akibat naiknya muka air danau dan merendam persawahan.

“Pendidikan anak saya terenggut,”ucapnya lirih.

Ia kini mendorong anaknya untuk kerja serabutan, padahal ia berharap dengan bisa menempuh pendidikan lebih tinggi anaknya bisa punya skill.

Tak ketinggalan Edi Salawati ibu rumah tangga ini, begitu merasakan betul dalam dua tahun terakhir ini kebutuhan rumah tangganya tidak terpenuhi.

Ia mengakui dari hasil olah sawah itu, dirinya bisa melakukan perbendaharaan dan biaya pendidikan bagi anak-anaknya. Tapi semua kini tinggal harapan.

Dengan penuh Isak tangis , dia berharap keluh-kesah dan penderitaan warga sekitar danau Poso ini dapat didengar oleh Presiden RI Joko Widodo.

Olehnya, Masyarakat Adat Danau Poso menyayangkan peresmian PLTA Poso oleh Presiden Jokowi ditengah masalah dan tanggungjawab perusahaan belum diselesaikan. PT.Poso Energy.

Karena itu, Masyarakat Adat Danau Poso menyatakan, menolak PLTA sebagai energi baru terbarukan, karena nyatanya telah merusak lingkungan dan ekosistem serta menghilangkan kebudayaan masyarakat di Danau Poso.

Menuntut PT. Poso Energy untuk menyelesaikan masalah-masalah dampak lingkungan, sosial dan ekonomi yang ditimbulkan oleh operasional PLTA Poso I terutama sawah dan kebun yang terendam, perusakan waya masapi dan karamba serta hilangnya wilayah penambang pasir tradisional.

Dan menuntut PT. Poso Energy untuk menghentikan pengerukan sungai Poso yang sekarang ini dilakukan tanpa dokumen perijinan.

Reporter: Ikram
Editor: Nanang