SIGI – Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) terus berikhtiar mempercepat proses pemulihan pascabencana 28 September 2018 silam.

Selain membangun Integrated Community Shelter (ICS) yang tersebar di 10 lokasi di Palu, Sigi dan Donggala, ACT juga peduli dunia pendidikan dengan membangun sejumlah sekolah permanen dan darurat.

Baru-baru ini, ACT kembali membangun gedung Madrasah Tsanwiyah (MTs) Alkhairaat di Desa Pandere, Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi.

Pembangunan tiga ruang kelas permanen itu dilakukan secara simbolis dengan peletakkan batu pertama oleh perwakilan dari CHUBB Indonesia, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang  asuransi yang berpusat di Swiss. Lembaga ini mendonasikan bantuan melalui ACT.

Peletakan batu pertama itu juga turut didampingi Kepala Cabang ACT Sulteng, Nurmarjani Loulembah dan Kepala Bidang Pendidikan Islam, Kemenang Sigi, Yahya A. Landua.

Kepala Cabang ACT Sulteng, Nurmarjani Loulembah, mengatakan, pembangunan sekolah permanen itu ditargetkan rampung dalam sebulan.

”Puluhan relawan dari Pulau Jawa didatangkan untuk mempercepat proses pembangunan agar para siswa dapat melaksanakan ujian nasional di bangunan tersebut,” katanya.

Kabid Pendidikan Islam Kemenag Sigi, Yahya A. Landua, mengungkapkan, sebanyak 60 madrasah di Kabupaten Sigi rusak, baik berat, sedang dan ringan.

“Maka kami sangat terbantu dengan adanya bantuan dari ACT, sehingga siswa tidak lagi  belajar di dalam tenda, apalagi menjelang ujian nasional,” kata Sekretaris MUI Kabupaten Sigi.

Sementara Kepala MTs Alkhairaat Pandera, Mufti Lakawa, mengatakan, saat ini siswanya masih belajar di tenda karena kondisi bangunan yang rusak berat akibat bencana.

“Kami sangat berterimakasih kepada ACT yang telah peduli kepada sekolah kami. Meski demikian tidak bisa dipungkiri kami masih membutuhkan bantuan dari semua pihak untuk pembangunan gedung perpustakaan dan musalah,” katanya. (IKRAM)