MOROWALI – Aktivitas pemuatan material tambang milik PT Cahaya Ginda Ganda (CGG) di Desa Siumbatu, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng), menuai sorotan publik.

Perusahaan tambang tersebut dinilai abai terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan, khususnya terhadap kondisi ruas Jalan Trans Sulawesi yang menjadi akses utama penghubung antarprovinsi.

Mantan Ketua DPRD Morowali, Irwan Arya, angkat bicara terkait kondisi jalan nasional yang menurutnya telah dipenuhi lumpur akibat lalu lintas kendaraan berat milik PT CGG.

Ia menilai kondisi ini membahayakan pengguna jalan umum, terlebih di tengah musim penghujan.

“Kalau hujan terus menerus, saya khawatir Desa Siumbatu bisa terkepung lumpur. Kita harus antisipasi dari sekarang. Kondisi di atas desa, tepatnya di lereng gunung, sangat rawan longsor, dan itu bisa membahayakan masyarakat di bawah,” ujar Irwan kepada awak media, Ahad (6/7).

Irwan menegaskan bahwa dampak aktivitas tambang tidak hanya dirasakan warga sekitar, tetapi juga pengguna jalan dari luar daerah yang melintasi jalur nasional tersebut.

Menurutnya, perusahaan sering kali tidak merasakan langsung dampak lingkungan karena sebagian besar pengurus dan pekerjanya tinggal di luar Desa Siumbatu. Hal itu menyebabkan lemahnya kepedulian terhadap keselamatan warga setempat.

Lebih lanjut, Irwan meminta agar Bupati Morowali, Iksan Baharudin Abdul Rauf, tidak tinggal diam menyaksikan kerusakan fasilitas umum tersebut. Ia menekankan perlunya langkah tegas dari pemerintah daerah.

“Harus ada tindakan konkret dari Bupati. Jangan sampai pemerintah baru bertindak setelah ada korban atau dampak besar yang menimpa masyarakat,” tegasnya.

Hingga berita ini diturunkan, pihak PT CGG belum memberikan keterangan resmi terkait sorotan dan keluhan yang disampaikan warga maupun tokoh masyarakat Morowali.