DONGGALA – Yayasan Kelompok Perjuangan Kesetaraan Perempuan Sulawesi Tengah (KPKP-ST), menyelenggarakan family gathering, Sabtu-Ahad (23-24/12), di Bonebula Tebing Sunset, Kabupaten Donggala.

Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk tetap menjaga tali silahturahim, menumbuhkembangkan jalinan dan rasa persaudaraan, memperkuat solidaritas, kebersamaan dan kerja sama untuk terus menerus saling mensupport dalam berbagai hal baik yang terkait dengan aktifitas organisasi/kelembagaan, penguatan kapasitas, bahkan terkait hal-hal pribadi bagi seluruh pengurus/pelaksana harian KPKP-ST bersama anggota keluarganya.

Menurut Ketua KPKP-ST, Soraya Sultan, kegiatan yang kedua kalinya ini sebagai bentuk terima kasih dan penghargaan organisasi kepada pelaksana harian lembaga yang hingga kurang lebih 21 tahun ini mampu menjaga eksistensi dan komitmen lembaga dalam melaksanakan berbagai program dan aktifitas organisasi di sektor pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, politik dan Hak Asasi Manusia ditingkat komunitas masyarakat khususnya di Daerah Sulawesi Tengah.

“Karena membentuk dan membangun sebuah organisasi adalah sebuah hal yang lebih mudah jika dibandingkan dengan menjaga, mengembangkan, memajukan dan mempertahankan  konsistensi sebuah organisasi, sehingga hal ini menjadi satu kebanggaaan tersendiri bagi KPKP-ST sebagai satu organisasi perempuan yang bertahan sudah cukup lama yang tentu saja kemampuan menghadapi berbagai berbagai tantangan dan hambatan untuk bisa tetap maju dan berkembang seperti saat ini,” katanya.

Kegiatan family gathering kali ini dijadikan sebagai pertemuan kekeluaragaan yang dipenuhi dengan semangat kebersamaan, keceriaan dengan kegiatan games sehingga keakraban itu bukan hanya bagi  pengurus harian KPKP-ST tapi juga anggota keluarganya masing-masing dapat lebih saling mengenal dan akrab.

Malam kegiatan dimulai dengan karaoke dan mendapatkan saweran dari Ketua KPKP-ST Soraya Sultan. Selanjutnya diisi dengan diskusi ringan untuk menyampaikan dan mengungkapkan berbagai perasaan suka dan duka serta  keinginan masing-masing terhadap pembesaran dan kemajuan organisasi.

Dalam agenda diskusi tersebut, Ketua KPKP-ST, Soraya Sultan menyampaikan penghargaan, motivasi dan harapannya kepada semua pengurus harian beserta keluarganya yang sempat hadir baik sebagai pimpinan organisasi maupun secara pribadi.

“Kekuatan kita adalah kebersamaan seperti ini, karena semua kita sudah menjadi  keluarga besar yang harus kita jaga dan lindungi seperti selama ini yang sudah kita lakukan, KPKP-ST adalah rumah sebagai wadah untuk kita belajar bersama,” ujarnya.

Ia juga mengaku bangga dengan pencapaian selama ini, khususnya pasca bencana 2018 dengan wilayah kerja pengorganisasian yang semakin meluas, khususnya di Kabupaten Sigi dan Donggala dan tahun 2024 juga akan masuk ke wilayah Kabupaten Parigi Moutong.

“Terima kasih pula bagi semua suami-suami, istri-istri dan anak-anak kita yang sudah sangat mendukung dan percaya kepada kami semua dalam beraktifitas selama ini,” katanya.  

Namun, kata dia, hal yang perlu diingat adalah tanggung jawab yang masih sangat banyak. Bagaimana dapat terus menjaga konsistensi organisasi untuk memberikan penguatan bagi komunitas perempuan dan relawan muda yang sudah terbangun di 45 Desa di Kabupaten Sigi dan Donggala.

“Saya yakin semua teman-teman memiliki kemampuan untuk melakukan hal itu, karena kami bertiga (Lia, Risva dan saya sendiri) sebagai yang paling lama bertahan di organisasi ini tentunya berharap ke depan teman-teman inilah yang akan melanjutkan semua itu dan kami sendiri cukuplah dengan  mensupport, mengarahkan, mengkoordinir dan membantu hal-hal urgen dalam proses kita menjalankan organisasi ini,” ujar Aya, sapaan akrabnya.

Sementara itu, salah satu staf KPKP-ST yang bergabung pasca bencana 2018, Yuni Agustina Djamhuri, mengaku mendapat banyak pengetahuan dan skill setelah bergabung dengan KPKP-ST.

“Saya banyak belajar dan atas support dari Kak Aya dan Ka Lia yang tentu saja karena kerja sama dan dukungan dari teman-teman yang lain sehingga saya bisa menjadi seorang pendamping kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak dalam berbagai bentuk,” ujarnya.

Meskipun, kata dia, tidak jarang pula mereka memberi teguran atau omelan, namun menurutnya hal itu adalah sebuah evaluasi, arahan, didikan, dan motivasi bagi saya secara pribadi untuk melakukan hal yang lebih baik lagi.

“Saya sendiri yang hingga saat ini terkadang masih menyimpan rasa sakit di kehidupan masa kecil saya sebagai salah satu penyintas konflik Poso menjadikan saya semakin kuat dalam memberikan pendampingan kepada penyintas. Saya senang bisa menjadi bagian dari keluarga KPKP-ST,” tutup Yuni dengan senyum dibarengi airmata.

Ungkapan syukur disampaikan Susilawati yang bergabung di KPKPST saat rekruitmen staf program menjadi educator. Ia mengaku merasakan banyak perubahan pada dirinya setelah bergabung di organisasi ini.

“Tempaan dan binaan yang penuh dengan ketegasan yang harus saya akui mampu membawa perubahan itu, yang terkadang diberikan deadline tugas memasukan laporan aktifitas, namun sering kali dikembalikan oleh Kak Lia tanpa kenal waktu. Bahkan larut malam sekalipun dia akan menghubungi saya hanya untuk mengkonfirmasi catatan laporan saya,” ujarnya.

Hal yang juga tidak kalah penting baginya adalah dukungan penuh dari suami yang selama ini tidak hanya mengizinkannya beraktifitas di luar rumah, namun justru sangat banyak membantu dan mendampingi ke lapangan. 

Kegiatan santai dilanjutan keesokan harinya dengan games (lomba gigit kelereng, estafet sarung, dan lomba membawa balon) yang semakin menggambarkan suasana kebahagiaan dan kekeluargaan KPKP-ST dengan melibatkan pengurus KPKP-ST bersama pasangan dan anak-anaknya.

Kegiatan Family Gathering Keluarga Besar KPKPST ditutup sore hari setelah berwisata dengan perahu menikmati keindahan laut. *