PALU – Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Palu menyatakan, kasus keracunan makanan yang dialami ratusan siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al-Fahmi Palu, siang tadi adalah Kejadian Luar Biasa (KLB).

“Karena korban lebih dari dua orang, dengan gejala keracunan berdasarkan jenis makanan yang sama,” ujar Kepala BPOM Palu, Safriansyah.

Pihaknya mengaku telah menerima satu paket sampel yang diduga menjadi penyebab keracunan. Saat ini, sampel tersebut sementara diproses.

Dia menjelaskan, sampel yang diterima yakni satu paket makanan jenis nasi goreng lengkap bersama lauknya, dan sambal terpisah. Selain itu, sampel lainnya yakni pisang goreng coklat dan muntahan korban dugaan keracunan.

“Untuk sampel muntahan, kami rekomendasikan ke Laboratorium Kesehatan (Labkes),” ungkapnya.

Terkait sampel muntahan yang diserahkan ke Labkes, hal itu karena kaitannya dengan pedoman penanganan KLB.

Dia menuturkan, berdasarkan kejadian selama ini, dugaan keracunan akibat makanan, biasanya disebabkan oleh mikroba jenis Staphyllococus aureus. Penyebaran kuman, kata dia, biasanya melalui perantara pada kuku, kulit dan rambut yang menjamah makanan tersebut.

Berdasarkan hasil investigasi sementara yang dilakukan Lembaga Pengawas Pelayanan Publik, Ombudsman RI Perwakilan Sulteng, makanan memang disiapkan pihak sekolah, namun snack berasal dari pihak luar.

Namun kemarin, pihak sekolah mengakui bahwa nasi goreng yang dikonsumsi siswa berasal dari catering.

“Seluruh sampel makanan, snack dan minuman harus diperiksa. Makanan yang dimakan setiap hari dimasak sendiri oleh SDIT di dapur umum mereka. Kejadian ini harus menjadi peringatan bahwa dapur dan cara memasak harus bersih,” kata Kepala Ombudsman RI Perwakilan Sulteng, Sofyan Farid Lembah.

Sofyan menambahkan, berdasarkan pengakuan Wakasek SDIT Al-Fahmi Wilda Islam, ada beberapa siswa yang turut makan nasi goreng, namun tidak keracunan.

Tadi siang, tim Ombudsman juga sudah mendatangi sejumlah rumah sakit tempat para siswa dirawat.

Terkait itu, Kepala SDIT Al-Fahmi, Rahmawati Otoluwa menyampaikan permohonan yang sebesar-besarnya atas kejadian itu.

“Semoga Allah SWT memberikan kesembuhan dan kesehatan kepada seluruh anak-anak , guru dan staf yang sakit. Dari dinas kesehatan, balai pom dan kepolisian sedang menyelidiki penyebabnya. Untuk sementara, Selasa dan Rabu, tanggal 5 sampai 6 Desember, sekolah diliburkan untuk pemulihan anak-anak dulu. Biaya rumah sakit akan ditanggung oleh sekolah. Jazaakumullah khoir,” demikian Rahmawati.

Diketahui, ratusan siswa SDIT mengalami muntah-muntah setelah makan siang. Berdasarkan informasi yang diperoleh, para siswa di sekolah yang beralamat di Birobuli Utara, Kota Palu, Sulawesi Tengah itu mengalami mual hingga muntah setelah mengonsumsi nasi goreng dan stik pisang yang disiapkan pihak sekolah.

Akibatnya, dua rumah sakit milik pemerintah tidak bisa menampung mereka. Para siswa tersebut terpaksa dirujuk ke sejumlah rumah sakit lain yang ada di Palu.

Data sementara yang diperoleh media ini, rumah sakit milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulteng, yakni RSUD Undata menampung sekitar 20 orang, sementara di RSUD Anutapura milik Pemerintah Kota (Pemkot) Palu menampung sekitar 26 orang.

Selebihnya tersebar di RS swasta, seperti RS Budi Agung sebanyak 53 orang, tiga diantaranya masuk ICU karena sudah terlalu lemas. Kemudian di Bala Keselamatan (BK) sekitar 50 orang, RS Bhayangkara Polda Sulteng 29 orang dan di RS Wirabuana 19 orang.

Sementara pihak RS Samaritan belum mau mengeluarkan data jumlah pasien yang keracunan karena sedang fokus pada penanganan korban.

Hingga tadi malam, sudah ada beberapa siswa yang dibolehkan pulang ke rumahnya masing-masing.

Berdasarkan Data Kemendikbud, jumlah siswa SDIT AL-Fahmi adalah sebanyak 750 orang. (TIM MAL)