Ada banyak orang Muslim sekarang ini menjadi teman Allah Ta’ala di depan publik. Mereka menampakkan sifat kealiman dan ke Islamannya dihadapan orang banyak, tetapi menjadi musuh Allah ketika sedang sendirian.

Kontradiksi inilah yang ada pada kepribadian dari banyak Muslim. Mungkin tidak akan pernah diketahui sekarang bahkan berpuluh tahun berlalu, dan mungkin tidak ada seorang pun tahu  memiliki kontradiksi seperti ini di dalam kepribadiannya.

Tapi di hari kiamat, hal ini mungkin akan diekspos dan akan berdampak serius. Seperti yang diriwayatkan Ibnu Majah di dalam sunannya, dengan riwayat yang shahih Syeikh Nasiruddin berkata, dari Thawban, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Sungguh aku mengetahui suatu kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan banyak kebaikan semisal Gunung Tihamah. Namun Allah menjadikan kebaikan tersebut menjadi debu yang bertebaran.”

Lalu Tsauban berkata, “Wahai Rasulullah, coba sebutkan sifat-sifat mereka pada kami supaya kami tidak menjadi seperti mereka sedangkan kami tidak mengetahuinya”.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda, “Adapun mereka adalah saudara kalian. Kulit mereka sama dengan kulit kalian. Mereka menghidupkan malam (dengan ibadah) seperti kalian. Akan tetapi mereka adalah kaum yang jika bersepian mereka merobek tirai untuk bisa bermaksiat pada Allah.” (HR. Ibnu Majah)

Dengan kata lain, amanah dari mudahnya akses terhadap dosa, tidak dipegang teguh, telah dikhianati! Kita mendengar saudara/saudari kita mengeluhkan fitnah dan hal-hal haram yang tersedia hari ini, sangat mudah diakses melebihi sebelumnya.

Tapi kenapa kita tidak bersikap optimis dan menganggap ini sebagai kesempatan yang lebih besar untuk lebih dekat kepada Allah dengan meninggalkan yang haram! Ini sebuah kesempatan. Ini hak istimewa. Ada risiko yang besar, tapi terdapat pula pahala yang besar bagi orang yang menegakkan amanah ini.

Untuk membantu menegakkan amanah ini di mata Allah? Ada 3 hal untuk mengingatkan diriku dan orang lain:

Yang pertama dan mungkin ini yang paling efektif, adalah Muraqabatullah, dengan mengingat bahwa Allah mengawasi. Dia Maha Melihat dan malaikat-Nya mencatat. Allah yang mendengar langkah kaki dan melihatnya, meski langkah kaki seekor semut hitam di kegelapan malam, yang berjalan di batu hitam, Allah Maha Melihat dan mendengarnya.

Al-Shinqiti sang ulama berkata, “Ulama-ulama Islam telah sepakat bahwa tidak ada sesuatu hal yang lebih efektif dalam membantu seseorang untuk melindungi dirinya dari dosa, daripada muraqabah, yaitu mengingatkan diri sendiri bahwa Allah Maha Melihat.

Yang kedua, Membaca Al Qur’an dan merenungkan maknanya, itulah syaratnya. Imam Ibnu Taimiyyah berkata dalam kitab Majmu’ul Fatawa, “Jika seseorang membaca Al Qur’an, dengan merenungi maknanya, ini akan menjadi salah satu cara paling efektif dalam melindungi dirinya dari semua dosa, atau setidaknya beberapa darinya.” Membaca Al Qur’an dan berhenti sejenak, merenungi maknanya. Itulah perlindungan dari terlanggarnya amanah dari mengakses yang haram.

Ketiga, beribadah secara diam-diam. Maksimalkan shalatmu ketika orang lain tidak melihat. Doa dan sedekahmu secara sembunyi. Ketika tidak ada mata dan telinga yang bisa melihatmu atau mendengarmu, Ibnu Qayyim berkata, “Dosa yang dilakukan secara sembunyi, adalah alasan utama mengapa mereka tersesat. Dan kebaikan yang dilakukan secara sembunyi adalah alasan utama mengapa seseorang tetap teguh di jalan Islam.”

Inilah tiga nasehat singkat bagi orang yang ingin menegakkan amanah dari kemudahan akses pada yang haram, yang semakin berat untuk dilaksanakan di abad 21 ini. Semoga saja  peringatan ini bermanfaat untuk kita semua. Wallahu a’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)