PALU – Pertamina Patra Niaga resmi menerapkan penggunaan QR Code untuk pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis solar di 12 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Palu, Senin (09/01).
Bagi penggunaan kendaraan roda empat atau lebih yang memakai bahan bakar solar, maka wajib memakai QR Code, yang sebelumnya telah didaftarkan di website subsiditepat.mypertamina.id.
Pemakaian QR Code di hari pertama tersebut disaksikan oleh Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid bersama Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi Fahrougi Andriani Sumampouw, Communication and Relations Muhammad Iqbal Hidayatulloh dan pejabat Pertamina Kantor Cabang Palu.
Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid, usai menyaksikan penggunaan QR Code di SPBU Jalan Diponegoro, mengatakan, penerapan sistem tersebut agar penyaluran BBM bersubsidi tepat sasaran.
“Kita bersyukur bahwa ini akan menepatkan sasaran penerima BBM bersubsidi. Sistem ini juga akan membantu pemerintah dalam menekan lajunya inflasi, karena ketapatan penyaluran itu,” jelas Hadianto.
Ia juga berharap, informasi pemakaian QR Code tersebut bisa tersampaikan kepada para penerima BBM bersubsidi, terkait dengan hak dan jatah yang bisa mereka dapatkan.
Terkait sarana dan prasarana pendukung penerapan sistem tersebut, ia optimis Kota Palu sudah sangat memadai. Kondisi jaringan internet di Kota Palu juga dinilai cukup baik.
“Semua SPBU kami rasa bisa berjalan dengan baik,” katanya.
Ia juga meyakini, dengan menggunakan QR Code maka akan mengatasi ulah oknum “nakal” yang menyalahgunakan BBM bersubsidi. Sebab, kata dia, pengisian BBM tersebut sudah terkoneksi dengan aplikasi dan terpantau langsung oleh Pertamina.
“Ini menutup celah oknum untuk menyalahgunakan BBM karena terhubung langsung dengan Pertamina terkait berapa jatah yang boleh dia ambil setiap harinya. Pertamina bisa memantau setiap waktu. Ketika dia sudah menghabiskan kuotanya dalam sehari, maka di tempat manapun dia tidak bisa lagi mengisi,” ujarnya.
Terkait antrean yang sering terjadi di SPBU, menurutnya tidak ada hubungannya dengan penerapan aplikasi tersebut. Menurutnya, antrean tersebut lebih disebabkan kuota dan jumlah kendaraan yang masuk.
“Kita tahu bahwa kendaraan yang masuk ke Kota Palu ini cukup banyak. Sementara untuk BBM bersubsidi kan memang sudah ada jatahnya, sementara kita juga tidak boleh membatasi kendaraan yang mengisi, baik dari dalam atau luar Kota Palu,” ujarnya.
Di tempat yang sama, Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Fahrougi Andriani Sumampouw, mengatakan, per Senin (09/01/2023), terdapat 37 kabupaten/kota se-Indonesia yang memberlakukan pemakaian QR Code tersebut.
“Jadi hari ini ketambahan 37 kabupaten/kota. Total keseluruhannya hingga hari ini sebanyak 71 kabupaten/kota yang sudah memberlakukan sistem ini, termasuk di Kota Palu,” katanya.
Menurutnya, Palu dipilih sebagai kota pertama di Sulawesi karena dari segi infrastruktur sudah sangat memadai.
Ia berharap, dengan implementasi transaksi menggunakan QR Code ini, maka penyaluran bisa lebih tepat sasaran, tepat volume dan Pertamina juga lebih mudah dalam mengontrol.
Lebih lanjut ia mengagatakan, dengan diterapkannya sistem tersebut, maka truck maupun mobil pribadi yang menggunakan solar, wajib menggunakan QR Code ketika melakukan transaksi di SPBU.
“Sementara yang belum punya QR Code tetap dilayani dengan catatan dilakukan pencatatan nomor polisinya dan kuotanya dibatasi 20 liter per hari,” katanya.
Ia menambahkan, pemakaian QR Code tersebut adalah tindaklanjut dari Program Subsidi Tepat yang telah disosialisasikan sejak tanggal 11 Juli 2022 lalu.
“Pertamina sudah mengajak masyarakat dan elemen organisasi seperti Organda, ALFI (Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia) untuk mendaftarkan kendaraan roda empatnya melalui subsiditepat.mypertamina.id,” katanya.
Menurutnya, masyarakat tidak perlu memiliki smartphone yang canggih untuk mendaftar ke MyPertamina. Jika ada keterbatasan atau kendala saat mendaftar maka bisa datang langsung ke SPBU karena ada petugas yang siap membantu pendaftaran.
“Ketika sudah mendapatkan barcode, maka barcode-nya bisa diprint dan ditempel di kendaraan. Jadi tanpa harus memakai HP lagi,” tutupnya.
Salah satu sopir distributor barang campuran tujuan Morowali, Usman Umar, mengaku senang dengan penerapan sistem barcode tersebut. Menurutnya, pengisian BBM jadi lebih mudah dan terkontrol.
“Sistem ini lebih aman. Saya suka sekali, teratur kuotanya,” katanya.
Ia berharap sistem ini bisa diterapkan di semua SPBU yang ada di Sulteng, mengingat masih ada kendala yang ditemui ketika akan mengisi BBM di luar Kota Palu yang sering mengalami kekosongan.
Diketahui, pembelian BBM Solar JBT ini pun telah diatur volume yang dapat dibeli per harinya sesuai SK BPH Migas Nomor: 04/P3JBT/BPH Migas/KOM/2020 yakni 60 liter per hari untuk kendaraan pribadi roda 4, 80 liter per hari untuk kendaraan roda 4 angkutan barang dan umum dan untuk angkutan barang dan umum roda 6 atau lebih dibatasi maksimal 200 liter per hari per kendaraan. (RIFAY)