Sangat dekat dengan Taman Kota Banggai Laut (Balut), tepat di belakang SMP Negeri 1 Banggai, Rumah Qur’an Al Quds berdiri di tanah seluas 6 x 9 meter persegi.

Rumah Qur’an (RQ) ini dibuka sejak 01 April 2016. Saat ini sudah memiliki total santri kurang lebih 120-an anak dan telah menjadi yayasan dengan nama Yayasan Banua Qur’an Banggai membawahi RQ Al-Quds dan TK Islam Terpadu (TKIT) yang akan launching sebentar lagi.

Spirit rumah Qur’an dimulai dengan hadirnya perempuan berdarah Sunda-Mandar yang menikah dengan orang Banggai, kemudian menetap di Banggai Laut. Ia akrab dipanggil Ustazah Cici, ada beberapa yang memanggilnya Ustazah Ici atau Kak Ici. Lengkapnya, ibu dari Salwa (8), Salma (5) dan Salsabila (2 tahun lebih) itu bernama Ici Amok.

Sejak pindah ke Balut tahun 2014, ia sudah memulai kelas tahsin atau memperbaiki bacaan Al-Qur’an untuk ibu-ibu dan perempuan dewasa. Dari kelompok tahsin dewasa itu, RQ merekrut ibu-ibu untuk mengajar tahsin anak. Saat ini ada 13 orang pengajar untuk kelas reguler.

Ide membangun Rumah Qur’an, pertama kali didiskusikan Ici kepada suaminya, yang mendukungnya, juga ibu mertuanya. Katanya, dukungan doa  dan jaringan ibu mertua membuat RQ bisa lebih dikenal.

Ici Amok dan keluarganya (FOTO: DOK. PRIBADI)

“Awalnya kita masih belum punya gedung ini (rumah Qur’an), saya berbicara dengan suami, ih pengen deh bikin rumah Qur’an, yang ada bangunannya gitu, biar ngajarnya gak pindah-pindah. Alhamdulillah tidak lama Allah kabulkan melalui keluarga,” tuturnya penuh syukur, ketika ditemui media ini beberapa waktu lalu.

Tanah dengan luas 6 x 9 meter persegi tersebut adalah milik keluarga dari suami Ici yang didasari keinginan yang sama untuk membangun RQ dan membagikan ilmu Al-qur’an. Proses pengerjaan bangunan RQ dimulai sejak Desember 2015 s.d April 2016.

Saat ini ada 2 ruang kelas, dan kelas lainnya dilangsungkan di gazebo. Ada 5 kelas reguler yang dijadwalkan setiap Senin sampai Jumat ba’da Ashar hingga pukul 5 sore -paling lambat pukul 17.30- dan ditangani 2 guru.

Ada kelas private, yang jadwalnya 3 kali seminggu dengan minimal 1 santri dan maksimal 5 orang. Sementara kelas reguler maksimal 20-an anak per kelas. Selain itu, kurang lebih ada 24 santri dewasa yang dibagi ke dalam 3 kelompok.

“Para guru yang mengajar untuk kelompok dewasa, sudah harus tahsin jilid 3. Kalau yang mengajar anak-anak boleh dari tahsin jilid 1. Yang penting para guru sudah atau sedang tahsin. Itu syarat menjadi guru di RQ ini,” tutur Ici yang saat itu mengenakan jilbab abu-abu dan gamis batik berwarna senada dengan jilbabnya.

Para pengajar RQ belajar tahsin pada hari anak-anak santri libur, Sabtu dan Ahad, bersamaan dengan kelas remaja, pelajar mulai dari SMP, SMA dan kuliah -kelas akhwat (perempuan) di hari Sabtu dan kelas ikhwan (laki-laki) hari Ahad.

Ici sendiri mengajar di Rumah Qur’an setiap hari, Senin sampai Jumat untuk kelas reguler, Sabtu di kelas privat, dan Ahad kelas remaja laki-laki dan kelas yang dewasa. Total hari minggu ada 3 kelas yang dipegangnya.

Ketika ditanya apa alasannya membangun RQ, dia mengatakan bahwa ilmu yang terakhir dipelajarinya adalah Ilmu Al-qur’an, meski sebelumnya Ici kuliah dengan background jurnalistik.  

“Yang memotivasi saya bikin rumah Qur’an, ya karena sebelum saya pindah ke Balut, saya di Banua Qur’an yang di jalan Kartini, Palu. Saya punya ilmu yang sedikit ini, saya ingin bagi-bagi ke orang lain, biar semangat saya tidak hilang begitu saja,” ujar Ici Amok.

Tinggal di lingkungan RQ, mendukung tumbuh kembang anak-anaknya. Ia menerapkan kepada anak-anaknya untuk selalu berkata yang baik, dan menjaga sopan santu. Baginya pintar dalam hal akademik itu tidak terlalu penting.

“Yang penting, sopan santun itu harus dijaga. Yang saya selalu jaga juga adalah, saya ingin anak-anak saya itu berada di lingkungan yang baik. Makanya saya betah tinggal di lingkungan rumah Qur’an, walaupun rumah saya itu imut-imut.

Beda dengan Tempat Pengajian Anak

Mengaji di RQ, para santri tidak menggunakan Iqro, tetapi menggunakan metode tahsin Ustmani jilid 1 hingga jilid 3, baik untuk anak maupun untuk dewasa.

Buku tahsin itu disediakan oleh RQ, santri bisa membeli ke RQ. Tetapi khusus kelas balita, mereka menggunakan Iqro balita, yang berbeda dengan buku tahsin. Iqro balita didesain RQ penuh dengan gambar-gambar anak, dan berwarna.

“Jadi tingkatannya begini, kalau yang balita itu mereka pakai Iqro balita, yang sudah SD tapi baru masuk dan masih terbata-bata, tahsin jilid 1. Sudah agak lancar, di jilid 2. Kalau sudah agak lancar, lanjut jiild 3. habis jilid 3, lanjut ke Al-qur’an,” terang ibu berusia 35 tahun itu.

Kelas-kelas di RQ dinamakan dengan nama para sahabat Rasul. Kelas balita Zubair bin Awwam, lalu kelas Ali bin Abu Thalib, kelas Utsman bin Affan, kelas Umar bin Khattab, kelas Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan kelas Khalid bin Walid.

Di kelas Abu Bakar Ash-Shiddiq, banyak santri yang tingkatan mengajinya sudah sampai Al-quran. Ada sekitar 13 orang yang hafalannya minimal satu juz, dan kebanyakan sedang menyelesaikan juz kedua, juz 29.

Berangkat dari metode yang digunakan, RQ tidak pasti menerima santri setiap tahun. Karenanya, banyak anak yang mendaftar tetapi masuk daftar tunggu. Sebab, jumlah santri di RQ dibatasi 20 orang per kelas. RQ berusaha mencetak santri yang berkualitas, sehingga membatasi jumlah santri, karena guru dan ruang kelas yang terbatas.

“Setelah sekian tahun orang akan lihat sendiri, oh ternyata santri di sini (RQ) punya kualitas. Misalnya, yang saya dengar-dengar, orang-orang membandingkan mereka ketika di sekolah (SD) mereka. Itu yang hafalannya banyak, ngaji dimana? Kemudian mereka tahu, anak-anak yang ngaji di RQ hafalannya banyak dari yang lain. Dari situlah kabar tentang RQ menyebar,” ungkapnya.

RQ menerima pendaftar berdasarkan kebutuhan, ketika ada santri yang naik jenjang. Misalnya dari 20 santri di kelas Ali bin Abu Thalib, ada 10 yang sudah naik jenjang, maka RQ membuka pendaftaran hanya untuk 10 santri itu.

Ketika ditemui di tengah ramainya bunyi-bunyian jelang malam tahun baru (Sabtu, 31/12/2022), Ustazah Cici mengatakan bahwa para santri dibebankan membayar uang pembangunan 200 ribu, diangsur selama 2 bulan, biaya seragam 120 ribu, buku tahsin 25 ribu, administrasi pendaftaran 50 ribu,  dan buku kontrol 15 ribu.

“Itu yang mereka bayar sekali selama belajar, kecuali jika mereka sudah besar dan seragamnya tidak muat lagi. Atau mereka naik level dan butuh buku tahsin jilid selanjutnya. Yang setiap bulan mereka bayar itu SPP, 50 ribu,” jelasnya

Dari SPP santri, honorarium seluruh guru sudah ter-cover. Para guru digaji berdasarkan kehadiran, 20 ribu per hari. Sedangkan untuk biaya lainnya yang dikeluarkan, termasuk dalam masa kepengurusan menjadi yayasan, RQ sangat terbantu dengan para donatur. Ada donatur yang mentransfer setiap bulan, ada juga yang antar langsung ke RQ dan ada yang dijemput.

Aktivitas Lainnya di Rumah Qur’an

Ada yang membaca atau mengaji, ada yang mengulang hafalan sebelum disetorkan kepada ustazah yang mengampuh mereka, ada sedang yang menyetorkan hafalan.

Begitulah aktivitas di masing-masing kelas, baik di gazebo maupun di dalam ruangan—ada dua bilik dalam bangunan RQ di mana salah satunya sekaligus berfungsi sebagai perpustakaan, sisanya gazebo.

Di halaman, beberapa anak bermain lato-lato, ada yang bermain yeye (permainan lompat dengan tali dari karet gelang), ada pula yang sekadar duduk-duduk sambil mencuri dengar kawannya menyetorkan hafalan.

Ada dua sesi dalam satu hari, sesi mengaji dan menghafal atau menyetor hafalan. Santri yang sudah menyetor akan menunggu santri lainnya, sebelum kelas ditutup dengan berdoa bersama dan membersikan tempat belajar mereka bagi yang bertugas (piket).

Aktivitas para santri dilaporkan dalam buku kontrol yang tidak hanya ada kolom mengaji dan menghafal, tetapi ada kolom salat ashar dan membaca buku.

“Jadi di sini, mereka salat ashar dulu, mengaji, menghafal, baca buku, wajib. Kita punya banyak buku, kita sudah menyediakan buku-buku anak, buku-buku islami,” ujar Ustadzah Cici.

Selain aktivitas sehari-sehari itu, RQ punya kegiatan mingguan, bulanan, dan tahunan. Setiap pekan, para santri dan guru semuanya akan membaca Asmaul Husna, infak, dan makan bersama.

Untuk kegiatan bulanan ada ujian tahfiz, rapat evaluasi per 3 bulan bagi para guru, dan pelatihan untuk guru. Kegiatan tahunan adalah kegiatan yang paling dinanti-nantikan, juga menjadi motivasi bagi para santri untuk meningkatkan hafalan mereka.

Santriwati RQ Al-Quds (FOTO: media.alkhairaat.id/Iker)

Setiap tahun, RQ mengadakan kemping Qur’an, sehari bersama Al-Qur’an. Tahun-tahun kemarin, kemping Qur’an dilaksanakan di bulan April.

Giat-giat baik di RQ Al-Quds dilebarkan ke Desa Monsongan -sekitar 30 menit dari RQ Al-Quds. Januari tahun ini, RQ cabang Desa Monsongan tersebut sedang buka pendftaran. Direncanakan bulan Februari, kelas sudah bisa dimulai.

“Kalau di Monsongan itu, awalnya rumah kami. Cuman saya kurang cocok tinggal di sana. Karena kalau tinggal di sana saya rasa aktifitas saya mati, makanya saya lebih suka tinggal di sini. Jadi rumah kita, daripada gak ditempati, saya berdiskusi dengan suami dan ibu mertua, alhamdulillah di ACC, kita langsung prepare. Yang akan ngajar dan jadi Pjnya di sana ada 2 orang, yang memang orang Monsongan dan sudah pernah tahsin di sini (RQ). Tapi bisa saja saya ke sana sepekan sekali, ngajar yang dewasa,” ungkapnya.

Selain RQ Al-Quds telah ada RQ lainnya yang baru dimulai pada November 2022 di komplek Masjid Al-Munawarah Banggai.

Reporter : Iker
Editor : Rifay