OLEH: Afifah Fakhrunnisaa’, S.Tr.Stat*
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator yang dirilis tahunan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Cakupan rilis tidak hanya angka nasional melainkan hingga level provinsi dan kabupaten/kota.
Rilis IPM selalu menjadi hal menarik mengingat beberapa peranan indikator ini bagi pemerintah. Peranan utamanya tentu saja sebagai ukuran keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia.
IPM merupakan salah satu indikator target pembangunan pemerintah dalam pembahasan asumsi makro DPR-RI. Selain itu, IPM merupakan alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).
IPM diinisiasi oleh United Nations Development Programme (UNDP) sejak tahun 1990-an dan diadaptasi oleh BPS yang mengukur tiga dimensi, yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, serta standar hidup layak.
Tahun 2022 rupanya membawa angin segar bagi capaian pembangunan manusia Sulawesi Tengah terutama setelah 2 tahun lebih harus berperang melawan berbagai dampak dari adanya pandemi. Di tahun ini menurut rilis BPS, capaian angka IPM Sulawesi Tengah pada level 70,28. Angka ini menunjukkan bahwa Sulawesi Tengah telah masuk pada status IPM tinggi yang batasnya pada level 70. Tahun sebelumnya Sulawesi Tengah telah mencapai level IPM 69,79.
Pertumbuhan IPM tahun ini juga mencatatkan angka yang relatif lebih cepat dibanding 2 tahun sebelumnya yaitu tumbuh sebesar 0,70%.
Pada dimensi umur panjang dan hidup sehat yang diwakili oleh angka umur harapan hidup (UHH) pada tahun 2022 Sulawesi Tengah mencapai UHH 68,93. Angka ini menunjukkan bahwa bayi yang lahir pada tahun 2022 di Sulawesi Tengah memiliki harapan dapat hidup hingga 68,93 tahun. Angka ini meningkat dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencapai 68,83.
Pertumbuhan UHH di era pandemi 2020-2022 bisa dikatakan cenderung melambat bila dibandingkan pada periode dua hingga tiga tahun sebelumnya. Angka UHH 2022 terhadap 2020 tercatat hanya meningkat sebesar 0,35% lebih kecil bila dibandingkan dengan pertumbuhan UHH tahun 2020 terhadap tahun 2018 yang meningkat sebesar 1,01%.
Meski melambat, pertumbuhan indikator yang mewakili dimensi kesehatan di masa pandemi merupakan capaian yang positif.
Untuk dimensi pengetahuan diukur dengan Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). HLS Sulawesi Tengah pada tahun 2022 mencapai 13,32 dan RLS mencapai 8,89. Angka ini berada di atas capaian HLS Indonesia yang berada pada level 13,10 dan RLS Indonesia sebesar 8,69.
Indikator HLS menggambarkan bahwa pada tahun 2022 peluang anak usia sekolah (7 tahun ke atas) akan mengenyam pendidikan formal hingga kelas 13 atau setara dengan D1. Sedangkan pada indikator RLS menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan formal penduduk usia 25 tahun ke atas di Sulawesi Tengah hingga sekitar kelas 8 hingga 9 SMP.
Angka HLS dan RLS terus meningkat setiap tahunnya dengan pertumbuhan yang relatif stabil.
Untuk mendorong pembangunan manusia pada dimensi pengetahuan perlu didukung dengan peningkatan infrastruktur pendidikan yang memadai dan merata di setiap daerah. Sebab jika dilihat dari sebaran capaian RLS kabupaten/kota di Sulawesi Tengah masih terdapat ketimpangan dimana terdapat daerah yang capaian RLS nya baru sekitar 7 sedangkan untuk di daerah kota capaian RLS telah mencapai lebih dari 11.
Selain itu, jika melihat capaian angka partisipasi sekolah (APS) di Sulawesi Tengah pada tahun 2022 pun terlihat adanya ketimpangan APS kelompok usia 16-18 tahun yang baru mencapai sekitar 75% terhadap APS kelompok usia sebelumnya yang telah berada di atas 93%.
APS adalah perbandingan antara jumlah murid kelompok usia sekolah tertentu yang bersekolah pada berbagai jenjang pendidikan dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai.
Bercermin dari angka di atas, sangat diperlukan adanya upaya untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya meraih pendidikan lebih tinggi dan pengoptimalan usaha untuk mempermudah setiap orang memperoleh pendidikan hingga jenjang lebih tinggi dengan layak.
Pencanangan beasiswa bukan hanya dari pemerintah, pihak swasta pun bisa juga didorong untuk memberikan kontribusi sebagai sponsor untuk memajukan pendidikan.
Dimensi ketiga yaitu standar hidup layak diwakili oleh indikator pengeluaran per kapita yang disesuaikan. Pada tahun 2022 ini peningkatan angka pengeluaran per kapita Sulawesi Tengah sebesar 3,39% dari tahun sebelumnya yang mencapai 9,378 juta rupiah per kapita per tahun menjadi sebesar 9,696 juta rupiah per kapita per tahun.
Angka pengeluaran per kapita penduduk Sulawesi Tengah relatif masih lebih kecil dibanding pengeluaran per kapita rata-rata Indonesia. Indonesia pada tahun 2022 yang telah mencapai angka 11,479 juta rupiah per kapita per tahun. Dari 13 kabupaten/kota di Sulawesi Tengah hanya Kota Palu yang telah berada di atas angka nasional.
Capaian Sulawesi Tengah di tahun 2022 yang akhirnya telah sampai pada taraf pembangunan manusia tinggi adalah suatu prestasi yang juga diiringi berbagai catatan dan tantangan. Tantangan pembangunan manusia kini dan ke depan sangat erat hubungannya dengan semakin berkembangnya IPTEK.
Sesuai dengan salah satu dari empat pilar pembangunan Indonesia 2045 diharapkan bahwa sumber daya manusia Indonesia memiliki kemampuan dalam menggunakan dan mengembangkan IPTEK tanpa kehilangan jati diri dan jiwa kebangsaannya. Begitu pula dengan momen derasnya investasi yang masuk di Sulawesi Tengah sudah sepantasnya menjadi pemantik untuk meningkatkan daya saing SDM dalam provinsi agar manisnya buah investasi juga lebih bisa dinikmati oleh daerahnya sendiri.
*Penulis adalah Fungsional Statistisi BPS Sulawesi Tengah