PALU – Suara deburan ombak di Tepi Pantai Desa Lero 1, menemani wanita paruh baya, Halifa (54) yang membungkus teri dalam lembaran daun pisang. Ikan teri itu nantinya akan dipanggang, di pemanggangan khusus dari besi yang pipih. Puluhan bungkus bisa sekali dideret dalam satu kali panggang.
Masyarakat Kaili mengenal ikan teri panggang itu dengan nama ‘rono tapa’. Ditanya sejak kapan Halifa terampil membungkus dan membakar rono tapa, dia mengaku, hal adalah pekerjaan semenjak masih belia.
“Bukan baru satu dua bulan saya babakar rono tapa ini sudah puluhan tahun pekerjaan ini saya tekuni, masih cewek-cewek kerjaku memang bikin rono tapa dan babakar rono tapa di dalam rumah. Sekarang kan lain. bakar rononya depan rumah, karena ada bisnis baru kuliner rono tapa,” ujar Halifa dengan semangat kepada media ini, Ahad (24/10) malam.
Halifa menisahkan, untuk Desa Lero 1, Kecamatan Sindue bisnis kuliner ini baru berjalan seminggu. Sementara untuk di Lero 2 atau Lero induk bisnis kuliner rono tapa sudah berjalan lebih dahulu atau sudah berlangsung beberapa bulan lalu.
Pekerjaan masyarakat di Lero induk ini. untuk para pria sebagai nelayan para wanitanya pembuat rono tapa.
Sejak ada bisnis kuliner rono tapa. penghasilannya naik drastis, yang biasanya hanya berkisar 150-200 ribu sekarang bisa mencapai 400-500 ribu, hanya untuk rono tapanya saja.
“Bisnis kuliner ini dikerjakan bersama warga setempat saya hanya menyediakan rononya saja, untuk nasi dan lain sebagainya dikelola sama ibu- ibu di sini,” ujar Halifa sembari membungkus rononya dengan lincah.
Untuk saat ini, Halifa tidak terpikir untuk beralih ke bisnis lainnya, karena dengan rono tapa ini suaminya dan dirinya, memiliki ekonomi lebih baik, sehingga bisa lebih tenang menyekolahkan ke lima orang anaknya.
Halifa hanya berharap kiranya pemerintah setempat dapat memberikan suntikan dana usaha untuk mereka pengusaha rono tapa, karena modal usaha mereka masih belum mendukung. Para pengunjung yang datang ke desanya masih duduk melantai beralaskan karpet di pinggiran pantai.
“Mauku ini pemerintah kasi kami modal usaha supaya bisa kami buat kan warung-warung kecil. Supaya tidak ada lagi pengunjung cuma makan beralaskan karpet di pinggir pantai,” ujar Halifa tersenyum malu.
Di Desa Lero 1 ini ,bisnis kuliner rono tapa terbilang masih baru, namun para pengunjung yang mau berkuliner rono tapa baik dari Kota Palu dan sekitarnya cukup banyak. Jalan di sekitar lokasi pantai Desa Lero, juga sering macet disebabkan banyaknya pembeli.
Ratman ( 43) warga Lero 1 mengaku sangat senang desanya saat ini jadi ramai, dan banyak pengunjung dari Kota Palu berburu rono tapa di desanya. Menurutnya, warga di desanya memang berprofesi nelayan yang hasil tangkapannya hanya ikan rono saja.
“Di sini warga cuma nelayan, semua yang anehnya lagi tangkapannya memang cuma ikan rono. Jarang dapat ikan ikan besar. Maka dari itu masyarakat setempat pekerjaan rata-rata pembuat rono tapa. Sekarang ini rono tapa bagaikan emas banyak yang cari sampai di desa kami,” ujar Ratman.
Adanya kuliner rono tapa yang jadi viral di media sosial menjadi rejeki tersendiri bagi warga di desa Lero 1 dan Lero 2 Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala.
Rono tapa yang dahulu disepelekan tak ada harganya, saat ini berubah menjadi bisnis kuliner yang menguntungkan. Pantai Lero saat ini bagaikan landang emas yang memberikan rejeki berlimpah bagi masyarakat Lero.
Reporter: IRMA
Editor: NANANG