PARIMO – Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) mendorong petani untuk menjual beras keluar daerah.

Dorongan tersebut, diakibatkan ketidak seimbangnya kenaikan harga gabah dan beras, karena tidak sebanding dengan kenaikan sarana produksi (Saprodi) petani yang berad di wilayah itu.

Ketua KTNA Parimo, Suardi, mengaku, sampai detik ini harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah dan beras tidak ada pergerakan. Ketiak kenaikan harga pemerintah melakukan intervensi untuk mencegah terjadinya inflasi pada sektor pertanian.

“Maka salah satu upaya yang kita lakukan menjual keluar daerah sasaran yakni Kalimantan yang menjadi Ibu Kota Nusantara (IKN),” ungkap ditemui Senin (03/10).

Ditambah, hasil beras petani di Parimo mengalami surplus, maka solusi penjualan tersebut harus masuk diluar daerah. Saat ini terdapat dua Provinsi yang menjadi harapan petani yakni Gorontalo dan Manado namun harganya tidak signifikan.

Ia menjelaskan, harga gabah saat ini berada dikisaran Rp. 425 ribu perkarung dan harga tersebut paling tinggi, untuk beras dikompensasi berada di Rp 870 ribu perkarung, semula harga berasa berada di Rp 850 ribu dan mengalami kenaikan Rp. 2 ribu.

“Kenaikan Rp 2 ribu itu dibandingkan dengan kanaikan Saprodi yang tidak seimbang, dan kerugian yang dihadapi oleh petani akibat ketidak stabilnya harga di pasar,” jelasnya.

Ia berharap, pemerintah dapat memberikan solusi atas ketidak sesuaian harga pasar, apabila hal itu terus terjadi dikhawatirkan petani akan mengalihkan sawah mereka dengan komoditi lainnya.

“Jangan heran beberapa petani mengalihkan sawah mereka karena dampak tidak jelasnya harga beras di pasaran,” pungkasnya.

Reporter: Mawan
Editor : Yamin