Dalam sejarah kemanusiaan kita kenal perang dunia baik pertama maupun kedua. Perang itu manusia  saling menghancurkan manusia lainnya denagn senjata-senjata modern, dan jutaan manusia tewas karenannya.

Manusia dikalahkan oleh hawa nafsunya sendiri dalam perang dunia itu.

Itu perang bukan membela apa-apa, bukan karena Allah SWT. Beda dengan perang Badar, perang yang menegakkan agama Allah, perang melawan kaum kafir Quraisy, perang menegakkan Dinul Islam.

Namun dalam sabda Beliaupun, Perang Badar masih perang kecil, perang besar yang sesungguhnya adalah perang melawan hawa nafsu sendiri.

Jadi, apa yang dapat melawan hawa nafsumu sendiri alias melawan perang besar itu? Tiada lain adalah hidayah Allah, kehendak Allah, kemauan Allah, rahmat Allah, kasih sayang Allah, ridha Allah, petunjuk Allah dan seterusnya.

Mengapa semua itu berasal dari Allah? Ya, karena hawa nafsu diciptakan Allah dan DIA-lah yang dapat menaklukan atau melenyapkannya.

Tanpa bersandar kepada-Nya, manusia tak mampu melawan hawa nafsu yang berada dalam dirinya sendiri. Maka itulah manusia diajarkan melawan hawa nafsu dengan banyak-banyak istigfar, mohon ampun, sering-sering puasa, karena dengan puasa manusia dilatih untuk mengekang hawa nafsunya sendiri. Baik dengan puasa wajib di Bulan Ramadhan ataupun puasa sunnah, Senin dan Kamis serta puasa sunnah lainnya dan dengan pasrah kepadaNya.

Sikap pasrah kepada Allah SWT, setelah berusaha, membawa jiwa menjadi tenang. Sikap menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT berdampak sangat positif yaitu hati menjadi lapang dan lega. Sikap tidak bergantung pada apa dan siapapun, kecuali kepada Allah SWT menimbulkan sikap penuh percaya diri, tidak merasa kehilangan pada sesuatu, tidak merasa rugi tak mendapat sesuatu, tetap tabah dan tenang tanpa gejolak.

Bergantung pada manusia, siapapun dia, bisa-bisa menjadi stress! Mengapa? Karena manusia lainpun punya persoalan masing-masing, apalagi bergantung pada orang lain yang tidak bisa dipegang omongannya, kalau kata orang ”tak bisa dipegang buntutnya, karena pembicaraannya mencla-mencle, pagi bilang tahu, sore bilang tempe”. 

Maka kembalikanlah semua urusan kepada yang Maha Pengurus segala urusan, DIAlah Allah SWT, yakinlah Allah tidak akan menyia-nyiakanmu. Pasrah, tawakal kepada Allah, berusaha, lalu berserah diri kepadaNya, Insya Allah kau tidak akan menjadi goncang.

Pikiranmu tenang dan hawa nafsumu akan tunduk dan dapat kau taklukan, bukan dihilangkan, karena kalau hawa nafsu dihilangkan, manusia berhenti menjadi manusia! Itu berarti manusia menjadi malaikat yang tak punya hawa nafsu, bila itu terjadi dunia akan sepi! Ingat, kau cuma berusaha, namun Tuhanlah yang menentukan.

Itulah sikap yang bisa mengalahkan hawa nafsu yang ada pada diri manusia, kepasrahan total kepadaNya yang Maha Kuasa, yang Maha Bijaksana, yang Maha Perkasa.

Kalau ada yang masih bilang, “saya sudah pasrah total kepadaNya, kok hawa nafsu masih saja menang?” Berarti ada sesuatu yang salah, tak mungkin manusia yang sudah pasrah total kepadaNya dapat dikalahkan oleh hawa nafu, itu mustahil.  Karena orang yang benar-benar taqwa kepadaNya dengan total akan dapat perlindungan dariNya, itu janjiNya.

Bila hawa nafsumu sudah dapat ditaklukan, maka jadilah kau pemenang sejati, kaulah manusia unggul, kau manusia yang sudah dapat mengalahkan hawa nafsu dengan cara mengendalikannya. Dengan demikian jadilah kau pemenang yang hakiki, pemenang sejati pada perang besar, perang sesungguhnya, perang melawan hawa nafsu.

Dan uniknya lagi perang melawan hawa nafsu tak bisa diakui kemenangannya oleh diri sendiri, dan bila kau berkata” saya sudah menang melawan nafsu” Maka pada saat bersamaan kau sudah kalah lagi, mengapa? Karena kau sudah sombong lagi dengan kata-kata seperti itu, orang sombong temannya setan dan setan sangat dekat dengan hawa nafsu!

Kalau sudah begini, ya kita rugi dunia dan akhirat. Karena itu kendalikan hawa nafsumu. Wallahu a’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)