PALU – PT Citra Palu Minerals (CPM) selaku pemegang kontrak karya (KK) perusahaan pertambangan emas di Kelurahan Poboya, memastikan membuka ruang bagi tenaga kerja lokal untuk bergabung di perusahaan tersebut.

Saat ini total jumlah karyawan CPM sebanyak 304 orang yang terdiri dari karyawan Ring I (tujuh kelurahan di Kecamatan Mantikulore) sebanyak 57 persen atau 173 orang, ring II (wilayah Kota Palu) 17 persen atau setara 50 orang dan Ring III (wilayah Provinsi Sulawesi Tengah) sebesar 7 persen atau 22 orang.

Sementara untuk Ring IV (wilayah Pulau Sulawesi) sebanyak 1 persen atau setara dengan 4 orang dan Ring V (luar Pulau Sulawesi atau nasional) sebanyak 18 persen atau setara 54 orang.

Sedangkan untuk karyawan kontraktor, saat ini berjumlah 1329 karyawan yang mayoritas merupakan karyawan kontraktor untuk pembangunan pabrik 4000 TPD yang sedang berlangsung saat ini.

Menurut Manager Human Resources Development & General Affair (HRD-GA) PT CPM, Fajar Styo Pambudi, karyawan kontraktor juga menyerap tenaga kerja lokal atau orang-orang disekitar perusahaan yang dikerjasamakan dengan LPM Poboya.

“Namun untuk tenaga teknis yang membutuhkan kompetensi tenaga ahli masih menggunakan tenaga kerja dari luar Kota Palu karena terkait kompetensi teknis,” ujar Fajar, Selasa (27/09).

Terkait dengan peluang penyerapan tenaga kerja, kata dia, seiring meningkatnya kapasitas produksi nantinya maka dipastikan akan ada peningkatan kebutuhan karyawan karena ada tambahan aktivitas operasional produksi perusahaan.

Namun, kata dia, penyerapan tenaga kerja tersebut dilakukan secara bertahap, mengikuti tahap aktifitas penyelesaian pembangunan pabrik 4000TPD.

Pihaknya menyadari, penyerapan tenaga kerja tidak akan mungkin mengakomodir seluruh angkatan kerja yang ada di Ring I (7 kelurahan di Kecamatan Mantikulore) pada khususnya dan Kota Palu pada umumnya.

Untuk itu, ia sangat berharap Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) yang direncanakan oleh Dept. LM & External Relation yang membidangi fungsi PPM/CSR ini di PT CPM dapat membuat program-program kewirausahaan sehingga menciptakan enterpreuner-entrepreuner baru sekaligus membuka lapangan kerja baru. 

“Intinya terkait penyerapan tenaga kerja, CPM membuka kesempatan selebar-lebarnya kepada tenaga kerja lokal untuk berkarir di PT CPM sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki,” jelas Fajar.

Pihaknya juga tidak membeda-bedakan tenaga kerja perempuan dan laki-laki, semuanya bisa berkarir. Ia juga menepis anggapan bahwa industri tambang identik dengan laki-laki. Justru, kata dia, CPM berharap banyak karyawan perempuan bisa menjadi keluarga besar PT CPM, tidak hanya untuk posisi administrasi, namun juga di bagian operasi atau teknis sesuai dengan kompetensi yang dimiliki dan kebutuhan operasional perusahaan.

“Bahkan kami merencanakan operator di bidang control room itu. Ke depan, kami ambil kandidat karyawan perempuan karena berdasarkan eveluasi kerja yang telah dilakukan untuk jenis pekerjaan tersebut lebih cocok untuk perempuan yang mengedepankan fokus dan ketelitian lebih,” katanya.

Ia juga menjelaskan mekanisme rekrutmen karyawan yang dilakukan secara terbuka.

“Prosedur informasi lowongan kerja di CPM diinformasikan melalui mading internal dengan harapan karyawan CPM bisa menginformasikan ke khalayak umum terkait dengan kebutuhan tenaga kerja,” katanya.

Selanjutnya, PT CPM menempelkan informasi lowongan di tujuh kelurahan yang menjadi bagian dari Ring 1 perusahaan bekerjasama dengan Dept. LM & Eksternal Relation untuk pemasangannya serta menginformasikan melalui media sosial profesional yaitu pada halaman LinkedIn PT Citra Palu Minerals.

“Sehingga informasi kebutuhan tenaga kerja PT CPM dapat dilihat banyak pihak dan bisa mendapatkan kandidat-kandidat tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan serta budaya perusahaan,” terangnya.

Terkait peningkatan kompetensi sumber daya manusia tenaga kerja yang ada di PT CPM, kata dia, pihaknya memiliki Program External Training berdasarkan hasil penilaian kinerja tahunan dan pengajuan Kepala Departemen yang ada di PT CPM.

Selain itu, ada Program Internal Training untuk pengembangan soft skill maupun hard skill dengan mengundang karyawan yang memiliki kompetensi tertentu untuk menjadi trainer dan sharing knowladge kepada karyawan lain.

Sedangkan terkait dengan kontribusi di bidang pendidikan, pihak CPM pun terbuka bagi perguruan tinggi yang ingin melakukan magang atau praktek kerja di CPM.

“Kami sangat terbuka untuk menerima siswa/mahasiswa magang dan praktek kerja di CPM, namun tetap kami batasi jumlahnya agar teman-teman siswa atau mahasiswa magang ini maksimal dalam belajar dan mendapatkan pendampingan dari departemen yang menerima,” katanya.

Untuk saat ini, lanjut dia, pihaknya membatasi maksimal 15 siswa/mahasiswa magang setiap bulannya agar dapat mengakomodir siswa/mahasiswa lain yang ingin magang.

Terkait dengan pengelolaan tenaga kerja, lanjut dia, pihaknya sudah mempunyai wadah atau lembaga untuk menjalin komunikasi, koordinasi dan kolaborasi antara perwakilan manajemen dan karyawan yang diberi nama Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartit.

“Lembaga kerja sama (LKS) Bipartit mengadakan pertemuannya tiga bulan sekali guna mencari solusi yang tepat terkait dengan keinginan dan kendala yang ada pada karyawan dengan kemampuan perusahaan,” tandasnya.

Ia mengatakan, bahkan di Bulan Agustus lalu, LKS Bipartit CPM diikutkan dalam lomba LKS Bipartit se Sulawesi Tengah oleh Disanakertrans Sulteng.

“Alhamdulillah kita meraih juara satu,” katanya.

Sementara itu, Superintendent Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat dan CSR PT CPM, Rahyunita Handayani, menjelaskan terkait Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) CPM.

Saat ini, kata dia, pihaknya mengacu pada Rencana Induk Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (RIPPM) yang telah disusun dan disahkan oleh Kementerian ESDM Tahun 2019 lalu.

“Itu hanya program besarnya. Sedangkan untuk implementasinya di lapangan tetap berkoodrinasi dengan stakeholder terkait,” katanya.

Saat ini, lanjut dia, pihaknya juga sedang mengembangkan pendidikan dan pendapatan riil di masyarakat. Dalam hal ini, CPM mau membantu program pemerintah terkait wajib belajar dan program pendidikan kesetaraan.

“Karena salah satu kendalanya, ketika melamar kerja, mereka mengeluh tidak memiliki ijazah. Selain itu kami mau mengembangkan kegiatan peternakan. Karena peternakan di ring satu itu cukup banyak,” tutupnya. *