MEDAN – Indonesia telah memasuki bonus demografi. Pasalnya jumlah penduduk usia produktif lebih tinggi dibandingkan usia non produktif.

Bonus demografi yang dinikmati oleh Indonesia bakal berdampak signifikan terhadap sektor ekonomi, sosial, budaya, hingga keamanan negara dalam beberapa waktu ke depan.

Hal itu dikatakan Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. Bonivasius Prasetya Ichtiarto  saat acara seminar nasional dengan tema: “Integrasi Kebijakan Pembangunan Kependudukan Dalam Prespektiif Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia” di Hotel Le Polonia  Medan, Selasa (5/07).

Menurutnya bahwa seminar nasional tersebut digelar sebagai salah satu rangkaian Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke 29 di Medan.

“Jadi kegiatan kita pada hari ini, dalam rangkaian Harganas yang puncaknya sebenarnya tanggal 29 juni 2022 kemarin. Tapi karena pak Presiden ada berhalangan jadi kita mundurkan hari Kamis nanti di Lapangan Merdeka,” kata Bonivasius Prasetya.

Bonivasius Prasetya mengatakan bahwa BKKBN setiap tahun menggelar Harganas yang diperingati pada tanggal 29 Juni.

“BKKBN setiap tahun itu merayakan Harganas. Kita mengajak semua kementrian lembaga dan juga OPD terutama OPD yang erat kaitannya dengan kependudukan dan KB untuk begabung bersama-sama mensukseskanya diberbagai daerah di indonesia. Seperti tahun lalu itu pernah digelar secara virtual karena Covid-19. Jadi ini pertama kali lakukan setelah Covid-19 yang umum offline, dan tahun depan kita geser lagi ke daerah yang lain,” terangnya.

Dikatakanya terkait dengan Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) terdapat lima aspek pembangunan kependudukan. Pertama, pengendalian Kuantitas Penduduk. Dua. Peningkatan Kualitas Penduduk. Tiga, Pengarahan Mobilitas Penduduk. Empat, Pembangunan Keluarga. Lima, Pengembangan Data Base Kependudukan.

“Bicara tentang grand desain pembangunan ada 5 pilar. Pilar pertama pilar kuantitas, artinya menjaga pertumbuhan penduduknya termasuk Total Fertility Rate (TFR) atau angka kelahiran total. Jadi angka kelahiran dijaga rata-ratanya. Jadi kalau dulu ingatkan dua anak cukup, sekarang kita jaga dua titik satu. Jadi 2 bisa, lebih juga bisa itu yang pertama,” jelasnya.

“Yang kedua sesuai dengan tema kita yaitu kualitas penduduk. Kita bicara tadi tentang bonus demografi jadi sekarang ini piramid penduduk indonesia itukan stasioner yang di tengah itu lebih banyak bagus tidak? Bagus ya itu usia produktif artinya orang yang bekerja itu kita tersedia banyak,” katanya.

Ia mengingatkan agar bonus demografi tak menjadi bencana demografi sehingga dibutuhkan berbagai persiapan.

“Namun masalahnya adalah satu masalah kualitasnya sebagai manusianya ini berkualitas atau tidak? Dari sisi pendidikan, dari sisi kesehatannya dan sisi skill nya. Kemudian yang kedua lagi ada lapangan pekerjaannya tidak?. Inilah yang kita bahas sekarang ini salah satunya terkait dengan bagaimana memanfaatkan bonus demografi dan juga usia produktif itu,” terangnya lagi.

Ia menambahkan bahwa jika betul dimanfaatkan maka pada tahun 2045 Indonesia emas, Indonesia bisa nomor 3 di dunia sesuai dengan estimasi para pakar.

“Kalau memang kita bisa memanfaatkan betul-betul masa-masa sekarang ini sampai di 2045 nanti gitu. Jadi itu yang kita bahas disini” ujarnya.

Diakuinya saat ini Indonesia telah mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia 70%-nya dalam usia produktif (15-64 tahun), sedangkan sisanya 30% merupakan penduduk yang tidak produktif (usia dibawah 14 tahun dan diatas 65 tahun) pada periode tahun 2020-2045.

Jika bonus demografi ini tidak dimanfaatkan dengan baik akan membawa dampak buruk.

“Sesuai hasil sensus penduduk tahun 2020 lalu Indonesia sudah masuk 70 persen, Jadi diperlukan persiapkan generasi yang mampu wujudkan Indonesia Emas pada 2045 nanti,” terangnya.

“Makanya saya katakan tadi bonus demografi ini harus dicermati betul-betul harus di bedah lagi karena bisa menjadi bencana demografi kalau tidak kita jaga. Jadi rangkaian dari empat itu yaitu satu kuantitas, kualitas, pembangunan keluarga, urbanisasi itu ya, saling terkait semua. Nah selain itu dibutuhkan yang kelima datanya harus kuat juga kita punya pendataan keluarga 2021,” pungkasnya.

Kemudian untuk meningkatkan integrasi kependudukan ke dalam perencanaan pembangunan di provinsi dan kabupaten/kota, dan untuk meningkatkan komitmen pengambil kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mendukung program Bangga Kencana terutama percepatan penurunan stunting.

Kepala Perwakilan BKKBN Sulteng, Tenny Calvenny Soriton, mengatakan bahwa dalam seminar Nasional ini disampaikan suatu konsep kebijakan dan strategi untuk memetakan kondisi kependudukan dan mengintegrasikannya dalam pembangunan terutama dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

“Ada berbagai isu kependudukan yang menjadi pokok bahasan dan yang melatar belakangi kegiatan ini diantaranya isu kualitas manusia dan isu kependudukan berikutnya adalah penataan persebaran penduduk dan dan data kependudukan,” kata Tenny.

Dijelaskan, isu kualitas manusia juga terkait dengan unsur terkecil dalam masyarakat, yaitu keluarga. Dimana kualitas manusia ditentukan, mulai dari fisiknya, pengetahuan dasarnya dan yang terpenting adalah karakternya.

“Sementara persebaran penduduk melalui migrasi merupakan suatu reaksi atas kesempatan ekonomi pada suatu wilayah juga berpengaruh terhadap struktur keluarga, pola hidup, pengasuhan anak, dan pola fertilitas,” tandasnya.

Editor : Yamin