HINGGA hari ini, geliat seni hampir meredup di Sulawesi Tengah. Prestasi nan gemilang di Indonesia pun juga tidak begitu baik.
Sesungguhnya pemerintah provinsi sudah memandatkan urusan kesenian kepada Dewan Kesenian Sulawesi Tengah (DKST). Namun sayang, sampai pada penghujung kepenguruan berakhir dengan ending yang buruk. Masa kepengurusan yang sudah melampaui batas waktu, justru malah diperpanjang lewat Surat Keputusan Gubernur. Dan hal ini dianggap melanggar hukum oleh Forum Penyelemat DKST.
Tak tahan melihat kondisi itu, anggota serta pengurus dari sejumlah daerah bersepakat menggelar Musyawarah Daerah (Musda) DKST, di Aula Asrama Haji, Sabtu (26/3) kemarin.
Sampai pada sore harinya, Musda ini berakhir. Secara aklamasi para peserta memilih Jamaluddin Mariajang sebagai ketua DKST 2022-2027.
Wartawan MAL Online Irma Caroline mewawancarai Ketua DKST Jamaluddin Mariajang usai terpilih, di Ruang Madinah Asrama Haji Transit Palu. Berikut petikan wawancaranya:
Mengapa Anda mau dipilih sebagai Ketua DKST?
Ada masalah di DKST, adik adik berharap saya membantu. Mereka merasa diaakali seniornya, tapi tidak bisa melawan. Ini sudah menahun. Kasian.
Maksudnya ada masalah?
Ya. Terang sekali. Bagaimana pengurus demisioner ormas, bisa perpanjang sendiri priode pengurusnya. Priode sudah berakhir. Pengurusnya bisa di PLT seperti pemerintah? Berbuat salah saja bahlul, apalagi jujur.
Tapi kan ada SK Gubernur?
Disitu masalah. Bagian hukum pemprov sengaja membantu perpanjangan itu.
Anda yakin?
Saya bicara bukan hanya dugaan. Ada bukti telaah bagian hukum pemprov yg menyatakan SK Gubernur ada cacat hukum. Tapi mengapa tidak dibatalkan?
Ada oknum di Biro Hukum bilang bisa (silakan) gugat TUN?
Pak Gub mau diadu dengan rakyat? Akal busuk bagaimana ini? Pembatalan tanpa pengadilan itu ada. Tidak baca pasal 63 – 69 UU No 30 tahun 2014. Kata bisa gugat TUN itu salah satu alternatif ada kata “atau”. Dibatalkan langsung oleh Gub bisa, atau Mendagri atasan Gubernur. Ini Asaz contrario actus.
Jadi kira-kira apa maksud berum diubah?
Ya itu, tampak sekali oknum biro hukum menjustifikasi kesalahan itun dengan menggunakan asaz “presumptio iustae causa” keputusan pejabat harus dianggap benar, hingga ditemukan kesalahannya.
Berarti mereka sengaja menunda?
Itu persis. Ente cerdas dibanding mereka itu. Dia pake alibi, kalo digugat TUN lama waktunya. Maka kesalahan itu bisa menjadi halal. Licik kan? Supaya ada kesempatan mereka buat Musda sesuai keinginan mereka. Ini diketahui jagad seniman di Sulteng. Karena itu sepuluh kabupaten mendukung percepatan Musda. Dan sudah dilakukan.
Apakah dalam hal ini Anda yakin telah menang?
Bukan kalah menang. Tapi Musda ini menelanjangi kebusukan mental birokrasi. Mudah-mudahan gubernur menyadari hal ini.
Tapi Anda tidak takut kalau dianggap melawan gubernur. Nanti pengurus baru bermasalah?
Saya tidak pintar berkelahi, tapi tidak takut. Itu terserah kewenangan gubernur. Saya hanya mengawal yang haq. Haq itu sifat Allah SWT. Ada jalan haq dan ada jalan kebatilan. Gubernur tahu, dia pemimpin yang memberi keteladanan. Itu saja.
Sekarang SK itu dibatalkan atau tidak?
Tanya Biro Hukum dan Kadis Dikbud? Mereka yang halalkan perpanjangan itu?
Berarti ada konspirasi KKN?
Anda sendiri bisa menduganya. Itulah yang membuat sebagian besar pekerja seni marah.
Kenapa mereka tidak didemo saja?
Itu dia. Kami tidak mau bikin masalah dengan gubernur. Beliau menghadapi pekejaan berat di pemerintahan. Kami tidak ingin bebani beliau dengan masalaah sepele ini.
Bagaimana pemikiran Anda sebagai ketua DKST yang baru?
Satu hal yang saat ini diberi perhatian yaitu pendekatan ekosistem kebudayaan dalam karya seni. Ada proses sibernetika antara potensi kreatif seniman dan lingkungannya, alam dan tradisi.
Bisa diperjelas! Orang bisa tidak mengerti.
Contoh sederhana. Ada teman sekarang sedang mendesain batik. Itu daun kelor ditumbuk di atas kain, lalu hijau daun kelor itu terekam sempurna. Lain kasus, Pak TS Ajat mengganti doa-doa pemujaan balia dengan zikir. Ada lagi kreasi lain jika kita memfokuskan pendekatan ekosistem kebudayaan.
Pak Gub bisa terima pikiran ini?
Ya. Pastilah. Dalam beberapa kesempatan dia sering bicara soal cagar biosfer dunia Lore Lindu, cagar budaya megalit. Ini harus menjadi inspirasi para seniman untuk menciptakan karya seni. Ada mutualisme proses kreatif manusia dan alam. Melahirkan produk dan kita berusaha menembus pasar dunia.
Apakah ini baru dipikirkan?
Ndak. Banyak seniman sudah melakukan ini, hanya memberi fokus saja. Kita lebih mengelaborasinya dalam program kerja, Insya Allah. ***