DONGGALA – Nelayan yang tergabung dalam kelompok ikan terbang di Desa Tondo Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng) diajak untuk adaptif dalam menghadapi ancaman dan risiko perubahan iklim.
Hal itu disampaikan Koordinator Program dari Relawan Orang dan Alam (ROA) Rizal yang bermitra dengan Yayasan Care Peduli (YCP) untuk pengembangan mata pencaharian komunitas yang terintegrasi dalam wadah koperasi dan upaya pengurangan risiko bencana, Rabu (24/11).
“Kami dan kelompok nelayan dampingan saat ini tengah menyiapkan langkah-langkah adaptasi dan upaya mitigasi pengurangan risiko bencana dalam menghadapi ancaman dan tantangan kedepan terkait perubahan iklim,” ujarnya usai penyerahan bantuan berupa 1 unit kapal tangkap kapasitas 4 GT, 6 perahu dan 4 rompong kepada kelompok tani terbang yang diserahkan langsung oleh Team Leader Sulawesi Yayasan Care Peduli, Buttu Ma’dika.
Sementara itu, Frangky selaku ketua kelompok nelayan ikan terbang, menyebutkan saat ini anggota kelompoknya mencapai 30 orang, dari total jumlah penduduk yang berprofesi sebagai nelayan di Desa Tondo, Kecamatan Sirenja mencapai 300an orang.
“Kami akan berusaha memanfaatkan dukungan ini sebaik-baiknya mengingat bantuan ini cukup lengkap karena semua tersedia dan dikelola secara berkelompok dan bahkan terintegrasi dengan koperasi kedepan,” kata Frangky.
Ia menambahkan, pola pendampingan pemberdayaan yang dilakukan ROA atas dukungan YCP memberikan dampak positif kepada nelayan, karena prosesnya berkelanjutan dan seluruh program saling berkesinambungan baik di nelayan, perkebunan, pertanian bahkan peternakan serta usaha kecil yang akan berhimpun dalam sebuah Koperasi nantinya.
“Kita bergabung dalam koperasi, program kita akan susun dengan baik, ditambah pendampingan yang dilakukan ROA sudah bersifat jangka panjang sehingga ini pasti akan berkelanjutan dengan baik,” imbuh Frangky.
Team Leader Sulawesi Yayasan Care Peduli, Buttu Ma’dika mengatakan pemberdayaan itu merupakan kelanjutan dari program yang sudah dijalankan sejak pasca bencana melanda Kota Palu, Sigi dan Donggala 2018 lalu.
Ia menjelaskan, konsep integrasi yang dibangun Yayasan Care Peduli bersama ROA itu, berlandaskan pada sistem pemulihan ekonomi, sekaligus langsung membangun ketangguhan masyarakat setempat dalam menghadapi bencana alam maupun non alam.
Sebab dalam kajian analisis yang sudah dilakukan YCP pada beberapa provinsi yang ada di Indonesia, daerah pesisir menjadi yang paling terdampak dengan adanya bencana alam seperti tsunami dan perubahan iklim, serta bencana non alam ialah era pandemi seperti saat ini.
Menyikapi situasi perubahan iklim, pihak YCP juga akan menyiapkan teknologi penunjang nelayan saat melaut untuk mendeteksi keberadaan ikan maupun kondisi cuaca
“Dukungan alat ini yang diperuntukkan kepada kelompok nelayan yang akan melaut untuk bisa mengurangi risiko-risiko sebagai seorang nelayan karena memang kita sesuaikan dengan apa yang nelayan butuhkan,” jelasnya.
Buttu Ma’dika menyampaikan bantuan alat teknologi penangkapan ikan dan cuaca yang akan didistribusikan YCP bersama ROA akan melibatkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sebab bantuan itu untuk mendukung penuh kerja-kerja kelompok nelayan ikan terbang.
“Kita telah membahas hal itu bersama BMKG, saat ini tahap asessment sudah selesai tinggal beberapa penyesuaian saja, dan setelahnya baru nanti alat itu kita bawa ke lokasi karena dampak perubahan iklim ini telah memengaruhi pengetahuan lokal tentang cuaca sudah terganggu.
Olehnya, kata dia, dengan teknologi ini dapat membantu nelayan dalam mendukung pekerjaannya sebagai nelayan. (Ikram)