PALU- Tidak terasa bencana, gempa, likuefaksi dan tsunami 28 September 2018 melanda di Kota Palu telah masuk tahun ke tiga. Namun melewati masa itu, masih banyak saudara-saudara kita yang masih merasakan dampaknya, terutama mereka yang menempati hunian sementara (huntara).

Sebagai wujud kepedulian terhadap penyintas bencana tsunami kampung Lere, Yayasan Sahabat Masjid akan membuka lapak UMKM jajanan tradisional Kota Palu, di hunian sementara (Huntara) Lere , Jalan di Ponegoro, Kota Palu, Selasa , 28 September 2021.

“Paska tsunami tiga tahun, masih banyak saudara-saudara kita tinggal di huntara , dengan kondisi hunian tidak layak dan sangat memprihatinkan, ” kata Ketua Yayasan Sahabat Masjid, Elfiana Hafid, di Palu, Senin, (27/9).

Olehnya, kata dia, pihaknya terpanggil untuk berbuat sesuatu, agar mereka bisa bahagia. Agar mereka tidak terlalu larut dalam kesedihan atas kehilangan rumah, harta, sanak famili, atas kejadian tsunami tersebut.

Maka itulah, pihaknya berinisiatif akan membuka lapak jajanan tradisional Kota Palu, seperti surabe, uta kelo, uta dada, duo, putu dan lainnya, yang di beli dari UMKM dan penyintas itu sendiri.

“Semua penganan itu pihaknya akan bayar, untuk dimakan bersama-sama penyintas,” ujarnya.

Dia menambahkan, tidak hanya membuka lapak jajanan, pihaknya akan menghadirkan da’i Kota Palu Ustad Irwan Sandy untuk mengisi tausiah dan Kak Indri ,Cilo dari kampung dongeng dan Sanggar Seni Souraja, untuk menghibur anak-anak penyintas.

“Sehingga tepat 28 September 3 tahun paska tsunami silam, ada secercah kebahagiaan bisa dibagikan kepada mereka, l” imbuhnya.

Dia menambahkan, kegiatan ini merupakan kerja sama Yayasan Masjid bersama NGO seperti, Yayasan Berkah Bersama, Mualaf Center Indonesia, Yayasan Sejadah, Siomay Ladzis Halalan Toyyiban, Latahzan, Sejuk, Dapur Ummat Hipmi Sulteng dan lainnya.

“dalam kegiatan ini ada dua hal menjadi sasaran , pemberdayaan UMKM dan memberi kebahagian penyintas Huntara,” katanya.

Dia, berharap pemerintah segera mempercepat proses pembangunan hunian tetap (Huntap), sebab kondisi huntara mereka tempati saat ini sudah tidak layak.

Selain itu, perekonomian mereka sulit maju. Sebab jauh dari laut yang merupakan sumber mata pencaharian. Apalagi masa pandemi saat ini.

“Bukan hanya pembangunan Huntap perlu perhatian, tapi bagaimana pemerintah setempat menyentuh UMKM mereka dengan inovasi-inovasi agar bisa berkembang,” pungkasnya.

Reporter: IKRAM/Editor: NANANG