OLEH : Habib Thalib bin Abdillah bin Muhammad Aljufri*

Aqidah adalah dasar atau pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh setiap Muslim. Mempelajari perkara Aqidah ini penting untuk memurnikan ibadah dan menjauhkan kita dari paham-paham yang menyimpang.

Nah sebagai Abnaul Khairaat, kita wajib paham mengenai Aqidah yang dianut oleh Al-Khairaat, khususnya guru tua, hingga penerus beliau yang baru saja meninggalkan kita, Habib Saggaf bin Muhammad Al-Jufrie.

Tulisan ini akan membahas mengenai Aqidah Habib Saggaf dan hal-hal yang dapat kita teladani dari beliau.

Tauhid atau Aqidah yang diajarkan oleh Al-Habib Saggaf bin Muhammad Al-Jufri di Al-Khairaat adalah Aqidah Asy’ariyyah, Ahlu Sunnah Wal Jamaah yang biasa disingkat dengan ASWAJA (yang bersikap pertengahan atau moderat).

Ajaran yang khas dalam Aqidah Aswaja adalah larangan untuk mudah mengkafirkan sesama Muslim selama orang itu masih mengucapkan dua kalimat syahadat. Kecuali, terang-terangan ia ingkar pada perkara-perkara dasar, misal ia dengan sengaja tidak shalat karena meyakini bahwa shalat itu tidak wajib. Selain itu meski ia sehari-harinya berbuat dosa, kita hanya boleh mengingatkannya untuk berhenti dan bertaubat, bukan mengkafirkannya.

Di sini, kita perlu berprasangka baik bahwa ada yang tidak kita ketahui mengenai hubungan orang tersebut dengan Allah, juga bisa jadi suatu hari di akhir hidupnya orang tersebut bertaubat dan Allah Swt menerima taubatnya.

Sikap seperti ini ditunjukkan oleh Habib Saggaf selama hidupnya, beliau tidak mudah menyalahkan orang lain dan sabar menghadapi tuduhan keliru mengenai dirinya. Dengan tenang beliau mengatakan bahwa mereka yang menuduh tersebut tidak tahu, dan tidak pernah mengalami hidup bersama Habib Idrus bin Salim Al-Jufrie, yang sosoknya menjadi teladan Habib Saggaf dalam kelemahlembutan.

Saya teringat dengan ceramah Habib Saggaf pada haul Guru tua, beliau mengutip perkataan kakeknya tersebut:

وَلاَ تُرِيَّنَّ النَّاسَ دُوْنَكَ مُؤمِنًا وَلاَ كَافِراً حَتَّى تُغَيَبَ فِي القَبْرِ

“Janganlah sekali-kali Anda mengatakan saya ini lebih baik daripada kamu, apakah itu kepada muslim ataukah kepada non muslim, nanti setelah anda dikuburkan, kembali kepada Allah subhanahuwata’ala dan anda mendapatkan predikat Husnul Khotimah, disitulah baru pantas Anda ‘mengatakan saya ini hebat’.”

Sikap wasathiyah Habib Saggaf juga terlihat dalam kiprahnya di masyarakat. Beliau adalah seorang ulama nasionalis yang mengajarkan cinta tanah air. Semangat ini turun dari datuknya Habib Idrus bin Salim Al-Jufri. Beliau juga kerap mencontohkan sikap tasamuh (toleransi) kepada sesama. Maka tidak heran jika tokoh-tokoh non-Muslim ikut menghadiri pelepasan jenazah beliau beberapa waktu lalu.

Meski selalu menginginkan perdamaian, bukan tidak mungkin ada yang membenci Habib Saggaf. Jika kita membaca sejarah, permusuhan juga diterima oleh Rasulillah Saw dan keturunan beliau. Namun sebagaimana akhlak Rasulullah Saw dan ahlul baitnya, sikap kita adalah membalas kejahatan dengan kebaikan.

Habib Saggaf telah meninggalkan kita, dalam duka yang dirasa oleh semua orang, kita menyadari bahwa Habib Saggaf telah mendapat tempat yang istimewa di hati banyak orang. Bukan hanya Abnaul Khairaat, para Ulama dan cendekiawan mengungkapkan kesedihannya atas kematian Habib Saggaf, sebagian menuturkan kesaksian atas kebaikan dan kecemerlangan yang beliau miliki, yang mungkin kita selama ini kita belum pernah menyaksikannya sendiri. Begitulah ketika seseorang dicintai oleh Allah, manusia pun mencintainya.

Habib Umar bin Hafidz mengucapkan bela sungkawa sembari memanjatkan doa untuk beliau, Habib Abdullah Baharun rektor Universitas Al-Ahqaf memuji beliau dengan mengatakan “Jika Allah memberikan kepada kalian usia 100 tahun belum tentu bisa menyamai perjuangan Habib Saggaf di Alkhairaat”.

Sangat pantas berita gembira yang ucapkan oleh Habib Idrus (Guru tua) kepada sang cucu penerusnya. Syair Guru tua kepada cucunya Habib Saggaf :

طربا بنی الخیرات ھذا سعدکم * قد ظللکم نجم کنجم الفرقد

“Bersukacitalah wahai putera-putri Alkhairaat ini kebahagiaan kamu, sungguh sebuah bintang telah menyinari kamu (Habib Saggaf bin Muhammad Al Jufri), dia adalah seperti bintang farqadi”. (Syair Al Habib Idrus bin Salim Al Jufri).

“Sebuah bintang telah menyinari kamu” indahnya pujian Guru tua kepada cucu beliau. Di sisi lain, kalimat itu juga seakan menjadi isyarat kepada kita agar mengambil manfaat dari beliau, sebagaimana kita mencari cahaya untuk menerangi sekitar kita.

Lalu bagaimana cara kita sebagai Abnaul Khairaat mengikuti jalan Habib Saggaf sepeninggalnya beliau?

Insya Allah akan dibahas pada tulisan berikutnya

*Penulis adalah Pimpinan Ponpes Putra Alkhairaat Pusat Palu