Tidak bisa dideskripsikan. Ini mungkin suasana hati yang saya rasakan sekarang.

Saat menerima kabar duka ini. Yang terbayang dalam ingatan malah momen kepergian kakek saya, Habib Abdillah, 2006 silam. Wafatnya dua saudara ini rasanya sama menyakitkan.

Sosial media hari ini dipenuhi dengan kabar duka, diiringi doa dan kata-kata bela sungkawa.

Story whatsapp dan instagram bergantian menayangkan gambar-gambar yang serupa. Orang perorang memiliki foto kenangan beserta cerita pribadi mereka.

Saya bingung ingin menuliskan apa. Rasanya tidak cukup hanya dengan mengatakan innalillah, atau menuliskan emoticon air mata. Tidak. Setelah story-story itu menghilang dalam 24 jam, tidak seharusnya kenangan itu juga menghilang.

Karena itu saya ingin membuat tulisan ini, untuk mengenang hari penting ini. Setidaknya bagi saya sendiri. Untuk menandai hari kepergian ulama yang amat besar pengaruhnya bagi banyak orang.

Dalam tulisan ini saya ingin mengambil pelajaran dari kehidupan seorang hamba yang hidupnya penuh manfaat.

Habib Saggaf adalah seorang suami, ayah, kakek, saudara, dan guru bagi banyak orang. Dalam semua peran itu ia dicintai dan dikagumi.

Sepanjang yang saya tahu, habib Saggaf hari-harinya dilalui dengan ilmu (seperti umumnya para ulama). Nasihat-nasihatnya selalu berkenaan dengan ilmu, belajar dan mengajar. Pesan-pesannya selalu mengingatkan kita untuk menghidupkan pendidikan dan mengajak orang pada kebaikan.

Ah..siapa saya yang ingin bercerita tentang kehidupannya. Tapi sekali lagi, ini adalah nasihat untuk diri sendiri..

Habib Saggaf meneruskan amanah dari kakeknya, habib Idrus bin Salim Al-Jufri untuk menjadi guru di masyarakat, pelita di tengah ummat. Mulai dari menuntut ilmu ke Mesir di waktu muda, lalu di Al-Khairaat diangkat menjadi ketua utama sejak tahun 1975 hingga hari ini. 46 tahun!

Rasa-rasanya kalau tidak dengan cinta dan keikhlasan, tidak ada yang mampu menjalankan amanah itu begitu lama.. Tapi Bukan hanya karena kepantasan nasab dan ilmu yang dimilikinya, juga semua orang memang selalu ridha berada di belakang beliau menghidupkan Al-Khairaat.

Hingga di hari-hari terakhir kehidupannya amanah itu beliau penuhi dengan sempurna, di tengah masa kritisnya beliau berseru “Ya Habib Idrus, addaitul amanah… wahai datukku, aku telah menjalankan amanah ini..” kata-kata yang membuat keluarga tahu bahwa waktu perpisahan hampir tiba.

Akhir hidup Habib Saggaf adalah akhir yang didambakan semua orang. “Bisyarah minan Nabi” (kabar gembira dari Nabi) yang beliau ucapkan sebelum wafatnya menjadi isyarat bahwa telah ada tempat istimewa yang disiapkan untuknya. Untuk orang-orang yang istiqamah.. Seperti ayat yang saya sendiri sering mendengar beliau ulang-ulang

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian mereka tetap istiqomah tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati. (Al-Ahqaf: 13)

Saat mendengar ayat ini dibacakan, tangis saya pecah. Ya Rabb.. Beliau telah hidup dengan ayat itu. Kita semua bersaksi beliau mengamalkan ayat itu dalam seluruh hidupnya. Tangis saya tak terbendung. Separuhnya adalah meratapi diri sendiri yang masih jatuh bangun untuk istiqamah.

Ya Rabb…Apalagi yang harus aku tuliskan. Rasa-rasanya apa yang saya kenang sudah umum diketahui banyak orang sebab sudah terang benderangnya amal shalih beliau.

Lalu setelah hari ini apa lagi?

Jangan berhenti dengan memposting foto kenangan bersama Habib semasa hidupnya. Amati foto itu, berdoalah untuk bisa berjumpa kembali dengan sosoknya di surga. Kedekatanmu di dalam foto itu semoga menjadi motivasi agar bisa berkumpul bersama di tempat kembali yang abadi.

Amalkan semua nasihat yang sering diulang-ulangnya, abdikan diri untuk menempuh jalan hidupnya. Berkhidmat untuk ummat. Dengan peran kita masing-masing, jadikan pengabdian itu sebagai jalan mensyukuri potensi yang Allah beri. Meskipun tidak bisa mencapai kedudukannya, semoga kita mendapatkan berkah dari mencintainya.

Sayangi dan perhatikan anak keturunannya. Habib Sagaf sudah tidak ada, tapi sambung silaturahim dengan keluarga yang ditinggalkan. Menghibur mereka berarti menghibur habib, menyayangi mereka berarti menyayangi habib.

Al-Fatihah untuk Habib Saggaf bin Muhammad bin Idrus Al-Jufri. Semoga Allah Swt mengampuni dan merahmati beliau, semoga keluarga dan murid-murid yang ditinggalkan diberi ketabahan, dan taufiq untuk meneruskan semua wasiat kebaikannya.

Sesungguhnya kita yang lebih butuh didoakan, agar bisa mengisi hidup dengan manfaat dan menjemput kematian dengan husnul khatimah.

Ya Rabb.. Kasihanilah kami ini..

*Catatan kecil Syarifah Raguan Mohsen Alaydrus (cucu Habib Sayyid Abdillah bin Muhammad Aljufri)