PADA tahun 1987, terjadi satu kejadian luar biasa dirasakan oleh seorang transmigran asal Bali, di Desa Sienjo, Kabupaten Donggala (saat ini, Kabupaten Parigi Moutong). Namanya, Made Mutiara, seorang mualaf.  

Berawal tindakan pengeroyokan oleh sekolompok warga terhadap Made Mutiara. Diduga pengoroyokan itu karena dirinya dan keluarganya, berpindah agama ke agama Islam.

Made Mutiara babak belur dihajar massa. Matanya bahkan sampai rusak. Oleh karena itu dia dibawa ke Puskesmas Ampibabo.

Malamnya, antara sadar dan tidur, Made Mutiara melihat tiga sosok tamu datang kepadanya. Satu orang dari tamu itu memegang badannya hingga pada mata yang sudah rusak itu.

Keesokannya, ketika Made tersadar, ada yang ajaib pada dirinya. Dia terbangun sambil terheran-heran, sebab dia dalam keadaan sehat wal afiat seperti semula. Dokter yang merawatnya pun turut terheran.

Teka-teki  kenapa dia bisa sembuh, baru terjawab saat pulang ke rumahnya di Sienjo. Ketika tiba di desanya, ia masuk terlebih dahulu ke salah satu penduduk muslim. Di dalam rumah penduduk itu ada foto Habib Idrus bin Salim Aljufri.

Melihat foto itu, dia spontan menunjuk dan mengatakan, “Satu dari tiga orang menolong saya pada malam itu! Ini mukanya (wajahnya) yang saya lihat! Siapa orang di foto itu?”  

Lalu dijelaskan oleh pemilik rumah, bahwa orang di foto itu adalah ulama di Kota Palu, Pendiri Alkhairaat Habib Idrus bin Slaim Aljufri atau dikenal Guru Tua. Dia juga memberitahukan bahwa memang Guru Tua adalah ulama yang memiliki karamah.

Bertambahlah mantap keyakinan Made Mutiara kepada Islam.

(MAL/Sumber: Buku: Sayid Idrus bin Salim Aljufri Pendiri Alkhairaat dan Kontribusinya dalam Pembinaan Umat)