PALU – Pelayanan kesehatan cuci darah di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Undata kembali mendapat sorotan, setelah seorang pasien diketahui membeli peralatan pengobatannya secara mandiri yang diklaim sebagai tindakan inisiatif.
Akibatnya, pengobatan terhadap pasien yang enggan disebutkan identitasnya itu sempat tertunda. Pihak keluarga yang dihubungi mediaalkahairaat.id, di Palu, Rabu (24/2), membenarkan hal tersebut. Pun, setelah pihak RSUD Undata mengembalikan kerugian pasien yang membeli sendiri alat pengobatannya.
Pihak keluarga merinci, RSUD Undata memang menyampaikan adanya kekosongan alat pengobatan tersebut. Karenanya, pihak keluarga diberikan opsi pilihan oleh RSUD.
“Kita juga kan sebenarnya dikasih opsi, silahkan travelling. Tapi kan itu biaya lagi Pak. Apalagi kondisi sekarang kan. Jadi mending kita beli sendiri kan yang penting rumah sakit tetap layani dengan barang kita.
Kan begitu barang datangpun dikembalikan juga barang kita. Jadi bukan disuruh beli tapi inisiatif kita saja,” ujarnya melalui sambungan telephone.
Keluarga juga mengklaim tindakan pihak RSUD Undata telah membantu, karena mau menerima alat pengobatan hasil pengadaan sendiri tersebut. Sejumlah pasien yang melakukan pengobatan di saat bersamaan itu, mengaku membeli alat cuci darah dari toko online dengan harga Rp260 ribu.
“Tapi sudah dikembalikan semua Pak. Barang dari rumah sakit datang dipulangkan semua, masing-masing pasien sudah punya cadangan semua,” katanya.
Terpisah, PLH Dirut RSUD Undata dr.Amsyar menegaskan, hal tersebut akibat dari keterlambatan mobilisasi alat pengobatan dari suplayer.
“Sempat kosong 1-2 hari. Akibat keterlambatan transport. Sehingga yang punya set dia pakai dulu. Setelah Set datang, digantikan kembali,” tegasnya, Rabu (23/2).
Selain itu, ia membantah jika adanya faktor lain yang membuat pelayanan rumah sakit mengalami keterlambatan.
“Kejadian seperti ini diluar kemampuan kami. Tapi skrg semuanya sdh berjalan normal,” pungkasnya.
Sementara itu, Staff Ombudsman perwakilan Sulawesi Tengah Depny Situmorang, menegaskan, padahal keterlambatan pelayanan yang dilakukan RSUD Undata itu, akibat adanya hutang piutang antara pihak Rumah Sakit dengan penyedia alat pengobatan kesehatan.
“Jadi untuk pasien yang cuci darah itu dibebankan jarum suntiknya, selangnya, dialisernya, dengan alasan mereka masi memiliki hutang menunggak kepada penyedia alat kesehatannya itu. Jadi bukan masalah yang lain, Undata sendiri masalah dana kali ya,” tegasnya.
Lebih jauh, Depny menjelaskan, hasil tindak lanjut yang dilakukan Ombudsman membenarkan, dari pengakuan RSUD Undata memiliki tunggakan terhadap suplayer alat-alat kesehatan tersebut.
Sebab, saat melakukan komunikasi terhadap pihak BPJS, Depny mengatakan, BPJS menegaskan telah mengcover seluruh pasien yang dibebankan untuk melakukan pengadaan alkes secara mendiri tersebut, beserta seluruh alat kesehatannya.
“Dan dari pernyataannya BPJS, itu sudah dicover dan seharusnya itu tidak adalagi gitu. Itu tidak boleh karena BPJS sudah tanggung, dan kalaupun misalnya RSUD punya hutang, tetap tidak boleh ditagih atau dibebankan ke pasien. Dan BPJS menegaskan tidak memiliki hutang apapun dengan RSUD Undata,” Rincinya.
Meski begitu, hingga saat ini pihak RSUD Undata telah kembali melakukan pelayanan secara normal terhadap pasien. Sejumlah pasien yang sudah terlanjur membeli alkes-alkes tersebut, telah dikembalikan pihak RSUD.
Rep: Faldi/Editor: Nanang