PALU – Pengamat Politik Universitas Tadulako (Untad), Dr M. Nur Alamsyah menilai, Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) Sulteng yang hanya diikuti dua pasangan calon, cenderung mengarah pada pembelahan dan sektarian.
“Dalam konteks negara yang menganut multipartai, sayang sekali kalau hanya diikuti dua pasang kandidat,” katanya kepada MAL Online, Selasa (08/09).
Menurut Dosen FISIP Untad itu, mekanisme sektarian akan terjadi, sebab kelompok yang bertarung dalam segmentasi kewilayahan akan mudah dipetakan, antara Palu dan non Palu, atau Islam dan non Islam.
“Orientasinya pasti akan ke sana, sebab para kontestan mendekatkan diri dengan preferensi terdekat dengan masyarakat,” ujarnya.
Ia menyebutkan, preferensi terdekat dengan masyarakat itu adalah sentimen yang dimiliki secara ideologis.
“Biasanya yang terdekat itu, kalau bukan agamanya, ya kewilayahannya,” terangnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, akan gampang saja dipilah mana saja daerah rasional yang akan terpapar pilihan-pilihan secara primordialisme.
Lebih lanjut ia mengatakan, masyarakat tidak akan memilih karena melihat visi misinya.
“Karena ini adalah pertarungan dua kekuatan yang sangat jelas. Pertarungan Gerindra dan NasDem. Pertarungan ulang, cuma dilakukan oleh generasi lain,” katanya.
Dia melihat, kekuatan wakil Cudy (calon gubernur) tidak sedahsyat dari Sudarto dari sisi elektabilitas. Walaupun Ma’mun Amir sendiri cukup populer di Banggai.
Selain itu, ia juga tidak melihat kekuatan mesin PKS, sebab nampaknya terlalu didominasi euhporia NasDem. Namun masuknya Golkar akan menjadi elemen penting dalam pemenangan bagi Cudy-Ma’mun.
“Elektabilitas Cudi di Pilkada 2016, dua pertiganya dapat diambil sebagai spirit. Kalau butuh pemenangan, harusnya mengkapitalisasi itu secara baik, kalau timnya bekerja secara baik,” katanya.
Sementara, kata dia, Hidayat sebagai tokoh muda, sangat sulit menang dalam piramida penduduk yang didominasi tokoh tua.
“Karena secara kultural, masyarakat kita biasa ada yang menilai berdasarkan sesuatu yang telah dia lihat. Keunggulan itu dimiliki oleh tokoh tua. Ini juga menjadi pertarungan tokoh tua dan tokoh muda,” katanya.
Meskipun demikian, kata dia, kemampuan mesin muda untuk mendongkrak daerah ini dengan isu yang pas.
“Walaupun belum ada momentum yang membuat Hidayat tampil wah dengan yang lain. Belum ada satu momentum yang membuat Hidayat itu tampil lebih mumpuni, kecuali dia sebagai Sekretaris Daerah Provinsi Sulteng,” ujarnya.
Reporter : Gilman/Ikram
Editor : Rifay