PALU- Wacana tentang akan dijadikannya Kelurahan Lambara sebagai tempat pembuangan limbah play as dari PLTU Mpanau menuai penolakan keras dari masyarakat kelurahan tetangga, yakni Kayumalue Ngapa.
“Kami masyarakat Kayumalue Ngapa menyatakan sikap tegas untuk menolak pembangunan area pembuangan limbah PLTU Mpanau di Lambara,” kata Ketua LPM Kelurahan Kayumalue Ngapa, Zulkifli pada MAL, Kamis (18/5)
Menurutnya penolakan tersebut adalah paten, karena Kayumalue Ngapa-lah yang akan terkena dampak limbah itu. Kelurahan Lambara dan Kayumalue letaknya bersebelahan, dan mereka berada di sebelah utara tepat diatas angin, maka debunya mereka khawatikan akan berterbangan ke kampung mereka.
Menurut Zul, mereka tidak akan menawarkan atau menginginkan opsi lain selain penolakan pembangunan lokasi TPS ataupun TPA di daerah tersebut.
“Jadi kami tidak punya tawaran relokasi atau apapun itu selain dari menolaknya, karena itu dibangun di area pemukiman. Sedangkan belum dibangun saja saat ini dampaknya sudah dirasakan warga. Dalam waktu yang tidak lama di kaca mobil warga sudah berdebu tebal, apalagi kalau sudah dibangun,” keluhnya.
Zulkifli juga mengaku, bahwa saat ini warga tinggal menunggu hasil rekomendasi dari pemerintah provinsi Sulteng tentang itu. Warga telah mengutus sebanyak tiga orang warga untuk begabung dengan komunitas Revolusi Hijau Tawaeli menemui Asisten II Pemrov Sulteng yang merundingkan soal ini.
“Nasib tentang kelanjutan seperti apa endingnya akan tergantung dari apa kebijakan pemprov itu nanti,” bebernya
Ia menambahkan, warga telah secara tegas menyampaikan dalam perundingan itu menolak pembangunan limbah yang akan menggunakan lahan sebesar 10 hektar itu. “Kalaupun misalnya pemerintah Provinsi pun tidak menanggapinya maka kami nyatakan akan melakukan perlawanan fisik.
Dia menambahkan bahwa pada dasarnya warga berupaya menyampaikan masalah tersebut dengan menempuh jalur koordinasi yang bersifat rasional, namun jika hal itu tidak ditindak lanjuti, maka warga akan melakukan koordinasi secara tradisional.Saat ini masyarakat Kayumalue Ngapa tinggal menunggu sikap dari warga Tawaeli. Warga Tawaeli katanya, siap berada di belakang mereka.
Disinggung soal pembebasan lahan, Zulkifli mengaku bahwa persoalan itu belumlah rampung pula seluruhnya, masih sekitar 20 persen lagi yang belum terbebaskan. Namun dia tidak mau melebar persoalan itu, yang terpenting menurutnya adalah penolakan.
“Kalau pun misalnya mereka tetap akan membuang limbahnya di lokasi itu, maka itu adalah tantangan juga bagi mereka. Dan tidaklah mudah karena lintasan truk pengangkat play As itu akan melintas di daerah pemukiman warga, tidak ada akses jalan lain selain itu,” imbuhnya. (HAMID)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.