PALU – Aksi Cepat Tanggap (ACT) bersama Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Sulawesi Tengah mulai mengimplementasikan program Sahabat Guru Indonesia.
Dengan menggandeng Permata Bank Syariah, lembaga kemanusiaan global ini terus berikhtiar untuk memenuhi kewajiban membantu para guru honorer, agar mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Khususnya di masa pandemi Covid-19.
Sebanyak 4 guru honorer di Kota Palu dan Kabupaten Sigi mendapatkan bantuan biaya hidup, Sejak Selasa (23/06/) kemarin,
Para guru tersebut diantaranya, Andi Fatma Nur (Kota Palu), Muhammad Saiful (Kota Palu), Sri Wulan (Sigi) dan Nuriati (Sigi).
Kepala Cabang ACT Sulteng, Nurmarjani Loulembah mengatakan, Program Sahabat Guru Indonesia sendiri merupakan wadah untuk memberikan semangat bagi tenaga pendidik, khuusnya bagi tenaga honorer. Sebab, saat ini mereka masih terus berjuang memperbaiki nasibnya, mulai dari bersabar menunggu pengangkatan, ikut tes CPNS bahkan mencari sumber penghasilan lain.
“Apalagi di masa pandemi seperti saat ini, saya yakin para guru-guru honorer ini banyak membuka usaha-usaha kecil untuk menambah penghasilan,” ujar Nurmarjani dalam rilis diterima MAL Online Rabu (24/06/).
Wanita yang akrab disapa Nani itu menjelaskan, keempat guru tersebut benar-benar layak mendapatkan santunan beaguru setelah melalui penyeleksian dari hasil assessment di lapangan tim ACT Sulteng ataupun para relawan.
“Kami masih akan terus melakukan implementasi, karena seleksi calon penerima ini juga begitu ketat, latar belakang dan perekonomian keluarga juga menjadi penunjang sebagainya, yang jelas, mereka benar-benar membutuhkan,” ujarnya.
Nani mengemukakan, melalui program SGI tersebut, ACT Sulawesi Tengah mencoba untuk mendorong masyarakat agar ikut berempati terhadap nasib para guru honorer terutama para dermawan maupun lembaga-lembaga lain untuk bermitra.
“Yah, harapan kami cuma satu, melalui program ini kami bisa berbagi kebahagiaan dengan bersama para tenaga pengajar prasejahtera ini,” ungkapnya.
Nampak wajah bahagia terpancar dari para guru honorer tersebut saat didatangi tim ACT Sulteng, mereka tak kuasa menahan haru ketika menerima santunan.
Muhammad Saiful misalnya. Menurutnya, ini adalah santunan pertama didapatkannya selama 15 tahun menjadi guru honorer.
Saiful salahsatu guru honorer saat ini tinggal di hunian sementara Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu. Saat ini bapak dari tiga orang anak ini mengajar di dua sekolah yaitu SMA 3 Sigi dan SMP 21 Palu.
Mengajar di dua tempat terpaksa ia lakukan. Sebab jika hanya mengharapakan gaji di satu sekolah tidaklah cukup.
“Namanya guru honor, gajinya tidak menentu, kadang Rp500 ribu per bulan, kadang dibawahnya, makanya saya juga bantu istri berjualan, dengan melatih anak-anak main bola,” jelas Saiful.
Sebagai guru honorer, apalagi menerima penghasilan jauh dari kata layak,tidak menyurutkan semangat Saiful dalam mengajar. Sebab menjadi seorang pengajar merupakan cita-citanya semenjak duduk di bangku kuliah.
“Semoga nasib para guru honorer seperti kami membaik, dan mendapat perhatian,” pungkasnya. (***/Ikram)