PALU – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Palu menggelar kegiatan musyawarah perencanaan pembanguna (musrenbang) inklusi, di salah satu restoran, Kamis (12/3).

Kegiatan ini merupakan upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Palu untuk mewujudkan pembangunan infrastruktur perkotaan berkelanjutan untuk mendukung penguatan ekonomi kerakyatan menuju pertumbuhan ekonomi berkualitas sehingga terwujud Palu sebagai kota jasa, berbudaya beradat yang tangguh bencana.

Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah perwakilan dari kelompok marginal dan sejumlah kepala OPD,dalam hal ini sebagai penanggung jawab program.

Musrenbang inklusi itu sendiri sudah keempat kalinya digelar dan lebih dikhususkan kepada kelompok rentan stigma dan diskriminasi. Kelompok tersebut adalah kelompok difabel, waria dan kelompok marginal lainnya.

“Kelompok ini seringkali suaranya tidak begitu didengar atau bahkan terabaikan oleh negara. Sehingga kegiatan ini diharap bisa menjadi wadah bagi kelompok ini untuk menyuarakan apa yang menjadi permasalahan dan kebutuhan mereka,” kata Asisten II Pemkot Palu, Denny Taufan.

Menurutnya, hal yang tidak bisa diabaikan adalah perkembangan teknologi di era digital yang mempermudah berbagai aspek dalam kehidupan, salah satunya dalam pemberdayaan penyandang disabilitas dan kaum marjinal lainnya.

“Perkembangan teknologi asistif mendukung aksesibilitas sehingga mengubah disabilitas menjadi inklusi. Tentunya lewat wadah musrenbang inklusi ini harus bisa menunjukkan kepedulian kepada mereka tentang isu inklusi yang dapat memfasilitasi interaksi orang-orang berkebutuhan khusus dan kaum marjinal lainnya dengan teman, keluarga, maupun orang lain,” pungkasnya. (HAMID)