PALU – Grup band etnik Palu, Culture Project meluncurkan single terbarunya berjudul “Paludilupa” di Rumah produksi S22, Jalan S. Parman Palu, Sabtu (29/12) malam.

Peluncuran itu menjadi pembuktian kepada publik musik, terutama di Kota Palu bahwa uang bukanlah segalanya.

“Pastilah kita butuh uang, tapi itu bukan segalanya agar bisa tetap berkarya. Buktinya, malam ini kami meluncurkan single “Paludilupa” tanpa sponsor dari siapapun dan dari manapun. Saya bangga karena banyak teman-teman yang hadir untuk memberikan apresiasi dan support,” Ujar Umariyadi Tangkilisan, gitaris dan vokalis Culture Project usai rilis single terbaru tersebut.

Pembuatan Lagu “Paludilupa” telah dilakukan sejak sejak 2011 lalu, namun baru diperkenalkan ke public setelah diperbarui kembali pasca terjadinya bencana gempa, tsunami, dan likuefkasi pada 2018 lalu.

Lagu itu pantas disebut sebagai curhatan Culture Project atas ketidaksiapan stakeholder dalam menghadapi bencana lalu. Ia menyematkan makna dalam kalutnya keadaan, hancurnya kota dan mirisnya penanganan korban bencana.

“Culture Project itu genrenya Populer World Music. Menurut kami adalah momen yang tepat untuk dirilis, setelah lagu Palu Dilupa dikemas lebih baik lagi dan emosinya diperkuat. Ini supaya relevan dengan apa yang terjadi dulu dan sekarang itu adalah peristiwa yang sama dengan keadaan yang berbeda dan tekanan lebih tinggi. Intinya penguasa kami tidak siap hadapi bencana,” jelas Umariyadi.

Menurutnya, lagu itu juga respon atas kondisi kampung besar yang bernama Palu, sebagai ruang hidup yang dekat dengan spirit lokal yang tumbuh menjadi kota urban yang kehilangan nilai arif tradisi, keberanian yang masih salah sasaran hingga tidak berani mengambil keputusan.

“Dalam berkarya, khususnya pada single ini, kami tak lagi membatasi musik sekedar memberikan hiburan, namun emosi yang kami rasakan kita kemas menjadi salah satu produksi dimana kebudayaan sebagai suatu proses yang tumbuh. Bahwa hari ini tak lepas dari apa yang terjadi dimasa lalu, yang berkontribusi dalam proses kebudayaan selanjutnya,” ujarnya.

Culture Project merupakan gagasan yang bermula dari seorang arsitektur dan juga sutradara teater bernama Zulkifli Pagessa yang dibuat khusus untuk happening art di event teater dan pertunjukan kebudayaan pada 2008 di Palu.

Grup ini kemudian merintis jalannya hingga menapaki event berkelas nasional bahkan internasional seperti Montpellier Festival 2017 Perancis dan Paris Music Festival 2018.

“Sebagai musisi kita itu harus tetap berkarya, jadi bencana yang menerjang Palu dan sekitarnya tidak bisa mematikan kreatifitas kami. Setelah bencana kita semua butuh makan dan minum, kita juga butuh siraman mental dan saya harap musik bisa mengisi ruang itu” tururnya.

Setelah beberapa kali pergantian personil, Culture Project saat ini bertahan dengan dengan format Zhul Usman (vocal) , Umariyadi Tangkilisan (guitar dan vocal), Ayub Lapangandong (Bass vocal) dan Riyan Fauzi Azhari (Gitar, synthesizer, Vocal). Dan grub band ini berkomitmen untuk menggarap dan memanggungkan karya musik yang berpijak pada kekinian yang relevan terhadap lokal maupun global.

Selain dapat didownload dari beberapa aplikasi musik, lagi “Paludilupa” kini juga bisa dinikmati dari situs www.culturepojectmusic.com. (Faldi)