Tubuh itu nampak lemah. Terduduk lesu, sesekali ia menghela nafas yang nampak begitu berat di setiap tarikannya. Di usia senja yang sudah melebihi setengah abad itu, dia seakan tak mampu lagi membawa tubuh dengan perut membengkak. Berat rasanya beban itu sehingga untuk duduk atau berbaring pun seakan tak kuasa.

Itulah keseharian Ibu Masi (56). Wanita paruh baya yang tinggal di Dusun II Lempe, Desa Loru, Kecamatan Sigi Biromaru terpaksa harus bertahan dengan kondisi  kesehatan yang semakin menurun.

Walaupun pihak keluarga yang masuk dalam kategori kurang mampu ini sudah berupaya melakukan pengobatan ke puskesmas dan Rumah Sakit (RS), tetapi pihak kesehatan seakan angkat tangan, tidak sanggup memberikan pelayanan atas penyakit pembengkakan perut yang dialami sang ibu.

Satu-satunya jalan pengobatan lanjutan dari penyakit itu hanya bisa dilakukan di Makassar.

“Terakhir berobat ke RS Anutapura sebelum gempa, dan ditindak lanjuti pemeriksaan di Prodia. Hasilnya, pembengkakan perut Ibu Masi ini disebabkan karena cairan dan udara,” tutur Herman, Ketua Karang Taruna Masavua, Desa Loru, Senin (24/06), usai melihat kondisi Ibu Masi.

Sejak saat itu lanjut, Herman, pihak keluarga tidak lagi melakukan pemeriksaan kesehatan Ibu Masi. Tenaga kesehatan juga tidak pernah datang ke rumah untuk melihat kondisinya.

Ingin berobat lanjut ke Makassar, kata Herman, tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Melihat kondisi ekonomi keluarga itu, tentu sangat mustahil untuk merujuk ke Makassar tanpa bantuan dari pihak lain.

“Kami dari karang taruna berupaya agar Ibu Masi bisa tertangani. Sebenarnya ini tidak bisa dibiarkan karena pelayanan kesehatan merupakan hak dasar warga. Jadi jalan terakhir, kita harap ada partisipasi pihak lain untuk bisa membantu pengobatan lanjutan Ibu Masi,” harapnya.

Pasca gempa lalu, tambah Herman, pihak keluarga juga sudah memanfaatkan tenaga kesehatan dari luar yang datang membantu pemulihan warga yang terdampak bencana. Tetapi semuanya mengatakan harus ditindaklanjuti ke pemerintah dan pengobatannya harus dilakukan rumah sakit di luar Sulteng.

Sejak saat itu, kata Herman, pihak keluarga hanya bisa melakukan pengobatan melalui dukun desa.

“Jadi saat ini tidak hanya perutnya saja yang semakin besar, namun juga kaki Ibu Masi juga ikut bengkak. Ibu Masi sendiri berkeyakinan bisa sembuh dan terus bersabar, dia berusaha kuat melawan penyakit yang sedang dideritanya,” tutupnya sembari menambahkan, jika ada pihak lain yang ingin membantu, agar bisa menyalurkan atau berkoordinasi melalui pihaknya di karang taruna. (HADY)