PALU – Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) Kota Palu mengaku tidak memiliki data yang pastinya  terkait usaha mikro, modalnya dibawah Rp 500 juta.

“Kami hanya memprediksi, usaha mikro di bawah kisaran sekitar 16 ribuan,” kata Kepala Dinas (Kadis) Koperasi dan UMKM Kota Palu, Setyo Susanto, di ruang kerjanya, Kamis (17/01).

Jumlah tersebut, kata dia, jika dihitung dengan kios-kios dan penjual pulsa.

“Tapi yang kita cover sekarang sekitar enam ribuan karena kalau kita berbicara konotasi UMKM itu terkait kerajinan atau pedagang kaki lima,” katanya.

Jumlah tersebut, lanjut dia, berdasarkan laporan dari pelaku usaha itu sendiri, karena banyak juga yang tidak melaporkan.

“Atas keterbatasan data itulah, maka Tahun 2019 ini akan mendata semuanya guna dibuatkan database,” katanya.

Dia mengatakan, dari data enam ribuan tersebut, pelaku usaha mikro yang terdampak bencana sekitar 1200.

Jumlah tersebut juga, lanjut dia, dihitung berdasarkan pelaku usaha yang telah mengembalikan form pendataan yang telah dilakukan pihaknya.

Sejauh ini, dalam rangka melakukan pemulihan ekonomi pelaku usaha yang terdampak, maka ada beberapa langkah yang dilakukan, di antaranya mengubah mindset pelaku usaha bahwa bantuan yang diberikan bukanlah untuk memulihkan usahanya seperti semula.

“Tapi bagaimana mereka berusaha lebih dulu menghasilkan uang. Nanti kalau ekonomi sudah mulai normal, baru bisa kembali menggeluti usaha semula. Itupun dalam bentuk kelompok,” katanya.

Dia mengatakan,  bantuan diberikan juga bukan  dalam bentuk uang, tapi peralatan atau bahan.

Saat ini kata dia, pihaknya juga memberdayakan pelaku usaha yang terdampak melalui program padat karya.

Pekerjanya diambil dari shelter pengungsian yang melibatkan sekitar 80 orang dengan upah Rp65 ribu per hari.

Salah satu pelaku usaha mikro yang terdampak, Andriani (34)  mengaku sampai saat ini belum bisa kembali berjualan karena tidak lagi memiliki modal. Dia pun tidak tahu kemana harus mencari modal usaha.

Sebelumnya, Andriani menjual nasi campur, coto dan lainnya, di Pantai Talise. Kala itu, modal usahanya sebesar Rp10 juta diperoleh dari pinjaman.

Namun akibat tsunami yang menerjang, semua usahanya hancur. Beruntung jiwanya masih selamat.

Dia mengaku bisa mendapatkan keuntungan Rp500 ribu per hari bila pembeli sedang ramai.

Untuk itu, dirinya berharap bisa segera mendapatkan modal untuk berusaha kembali guna menghidupi empat orang anaknya.

Hal sama juga disampaikan Yuyun (37). Mantan karyawan sebuah hotel itu ikut berjualan di Pantai Talise. Namun dia harus kehilangan usaha dan kehilangan anak dan keponakannya, saat tsunami menerjang.

Namun nasib Yuyun masih sedikit beruntung dibanding Andriani, sebab ibu dua anak ini sudah kembali membuka usaha jualan es cincau seperti yang dilakukanya sebelum tsunami.

Usaha es cincau itu dibuka dengan modal mencairkan BPJS Ketenagakerjaan. (IKRAM)