PALU – Kedatangan delegasi Pemerintah Jepang, JICA (Japan International Coorporation Agency) ke Sulteng, Ahad (09/12), dimanfaatkan oleh Anggota DPRD Sulteng, Yahdi Basma dan rekan-rekannya untuk berdiskusi.

Dalam pertemuan bersama lembaga donor yang berperan di segmen rehab dan rekon itu, Yahdi menyampaikan banyak hal terkait penanganan pascabencana oleh pemerintah dan para pihak.

Yahdi pun menyampaikan gagasan mengenai jejak-jejak bencana Palu, Donggala dan Sigi (Pagasi) dalam desain museum likuifaksi dunia.

“Area terdampak parah seluas 184,5 hektar di Petobo dan 47,5 haktar di Balaroa harus segera diblocking sebagai kawasan terlindung. Kita bisa bersandar pada Keputusan Presiden (Kepres) Nomor: 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung,” kata Yahdi didampingi Aktivis LSM, M Rifai Lahamu dan Abdulazis Tingalla.

Dia menjelaskan, dalam Pasal 31 Kepres dimaksud, bahwa kriteria kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.”

“Saya haqqul-yakin, Petobo dan Balaroa adalah venue berharga yang tidak saja sebagai Memoriam Park (Taman Kenangan) bagi anak-cucu kita. Tapi lebih dari itu, menjadi laboratorium pengembangan ilmu pengetahuan agar bermanfaat bagi bumi dan manusia,” imbuh Ketua Pansus Pengawasan Penanganan Pasca Bencana Pasigala itu.

Menanggapi itu, Wakil Menteri Perumahan Rakyat Jepang, Mr. Teru Fukui, melalui translatornya, Heru Susanto, mengatakan setuju atas gagasan museum likuifaksi dunia tersebut, sepanjang pra pembangunan untuk itu disertai dengan riset awal yang memadai.

Setelah diskusi panjang, rombongan menuju ke Jono Oge, Sigi dan sesuai jadwal menuju Kantor Gubernur untuk rapat bersama Gubernur dan berangkat kembali ke Jakarta.

Rombongan delegai Pemerintah Jepang tersebut, antara lain dihadiri Mr. Tadahiko Ito, Mr. Teru Fukui, Mr. Shinichi Yamanaka (Kepala Perwakilan RI JICA) dan belasan orang lainnya. (RIFAY)