RAUT wajah bocah-bocah itu tetap kalis walau belajar di panggung kecil, yang hanya berdinding setengah badan. Tak ada meja guru, pun tak ada papan tulis, apalagi alat peraga pembelajaran. Panggung itu adalah kelas darurat pengganti kelas yang telah rubuh dihantam gempa 7,4 Skala Ritcher (SR).

Layak-layak saja bagi mereka asalkan tetap belajar.  Semangat mereka memancarkan kekuatan dan keihlasan atas cobaan  60 hari lalu itu.

Mereka adalah siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Kabupaten Donggala.

MIN Donggala merupakan salah satu sekolah rusak berat di Sulteng yang terdampak bencana. Dari total 12 kelas hanya tiga kelas yang bisa dimanfaatkan, meski kondisi ruangan memperihatinkan karena segala sudut alami keretakan serius.

Pasca bencana, hampir satu bulan proses belajar mengajar dilakukan di teras sekolah karena bagi mereka tidak ada alasan untuk tidak belajar. Semangat para pendidik, dan murid-muridnya tidak surut.

Kepala MIN Donggala, Kurniati, mengaku setelah menjalani proses belajar di teras sekolah, tiba saatnya bantuan datang dari relawan asal Karawang, Jawa Barat. Relawan ini menamakan diri Yatasan Harapan Umat (Harum). Mereka bekerjasama dengan lembaga asal Negeri Jiran bernama Yayasan Dana Kebajikan Muslim Malaysia (YDKMM).

Atas nama kemanusiaan, dua lembaga itu berkolaborasi membangun tiga lokal kelas dan satu lokal Mushola darurat yang sangat sederhana. Dinding dan tiang berbahan kayu serta atap rumbia. Meski beberapa masih dalam proses penyelesaian,  kelas itulah yang saat ini digunakan untuk melaksanakan ujian semester ganjil.

Dengan keterbatasan kelas itu, pihak sekolah menyiasatinya dengan pengaturan jam belajar. Pukul 07.00 Wita sampai Pukul 09.00 Wita diisi kelas lain dan Pukul 09.30 Wita  hingga Pukul 11.00 Wita kelas lain dan begitu seterusnya hingga kelas VI.

Mewakili keluarga besar MIN Donggala, Kurniati mengucapkan terimakasih kepada dua lembaga yang memberi perhatian pada mereka.

Dia selalu berdoa, semoga bantuan rehab sekolah dapat terlaksana secepatnya, agar  para siswa-siswi kembali belajar normal dan guru bisa kembali mengajar secara maksimal. (YAMIN)