PALU – Lembaga Filantropi, Rumah Zakat mendistribusikan 20 ribu paket superqurban, berupa kornet dan rendang bagi korban bencana gempa, tsunami dan likuifaksi di Kota Palu.

Paket superwurban tersebut didistribusikan secara simbolis kepada Wali Kota Palu, Hidayat, di halaman balai kota setempat, dua hari lalu.

Koordinator Lapangan Rumah Zakat Sulteng, Al Razzi Izzatul Yazid, mengatakan, olahan daging dalam paket tersebut, bisa tahan dalam jangka waktu tiga tahun kedepan.

Sejauh ini, kata dia, rumah zakat telah menyalurkan superqurban sebanyak 10.781 paket di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala.

Dia menambahkan, superqurban merupakan produk andalan Rumah Zakat, sebagai kesiapsiagaan pangan ketika masa tanggap darurat bencana.

“Penyalurannya tidak hanya di nusantara, tapi sudah menjangkau luar negeri, seperti Bangladesh dan Somalia,” tuturnya.

Selain itu, lanjut dia, Rumah Zakat juga telah menggelar beragam aksi dari masa tanggap darurat sampai saat ini, di antaranya telah menurunkan 123 relawan yang terdiri dari 85 relawan umum, 35 tim medis dengan tiga armada ambulance, termasuk mobil klinik.

“Rumah zakat juga telah mendistribusikan 8.116 paket logistik, mendirikan dapur umum, sekolah darurat dan pelayanan psikososial,” katanya.

Saat ini, kata dia, pihaknya sedang memulai proses pembangunan huntara di Palu dan Sigi, serta melakukan assesment untuk program pemberdayaan umat.

“Komitmen Rumah Zakat, dari awal tanggap hingga  transisi dan pemulihan, tidak hanya hadir satu sampai tiga bulan kedepan, tapi bisa hingga tiga tahun ke depan dengan program-program pemberdayaan,” tambahnya.

Salah satu program pemberdayaan adalah desa berdaya, di mana akan ditempatkan seorang relawan inspirasi untuk memberdayakan masyarakat. Program itu terintegrasi dalam empat rumpun, yakni ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan.

Sementara Wali Kota Palu, Hidayat, mengatakan, penyaluran bantuan di masa  transisi ini agar satu pintu. Menurutnya, akan ada dampak bila lembaga atau relawan langsung membagi-bagikan ke tenda penyintas.

“Dampaknya terjadi fluktuasi penyintas. Pada data sebelumnya ada 95 ribu jiwa penyintas, lalu turun menjadi 42 ribu jiwa, kemudian naik lagi 45 ribu jiwa,” tuturnya.

Dia mengatakan, fenomena turun naiknya jumlah tersebut karena ada warga yang rumahnya masih layak, telah kembali. Namun, ketika bantuan datang dan tidak terkontrol, maka mereka kembali lagi ke tenda.

Dia berharap kepada lembaga atau relawan lainnya untuk bersinergi dengan Pemkot dalam penyaluran berbagai bantuan. (IKRAM)