PALU- Yayasan Komunitas Peduli Hutan (KOMIU) memaparkan data deforestasi Provinsi Sulawesi tengah (Sulteng)  sepanjang 2025, seluas 19.086.85 hektare (Ha) , tersebar di 13 kabupaten/Kota.
Deforestasi tersebut meningkat dua kali lipat disandingkan pada 2024, seluas 8.356.70 hektar.

Sedangkan penyumbang deforestasi ,yakni perkebunan sawit, pertambangan nikel dan perkebunan masyarakat.

Divisi advokasi dan kampanye KOMIU, Ocsanto menjelaskan, pengelolaan data deforestasi menggunakan data satelit landsat 8 & 9 /Citra sentinel-2, resolusi spasial 30 meter, google earth engine, map biomas, digitasi interpretasi visual.

“Dan menggunakan aplikasi pengolahan data spasial, quantum GIS, argis pro,” katanya.

Ocsanto merincikan, deforestasi 13 kabupaten/Kota, yakni Kabupaten Banggai Kepulauan 192, 78 Ha, Banggai 1.091.29 Ha, Banggai Laut 8.56 Ha, Buol 1.144.53 Ha, Donggala 434.35 Ha, Kota Palu, 34.72 Ha.

“Dua kabupaten paling besar deforestasi yakni Kabupaten Morowali Utara 3.722.26 Ha, Morowali 7.514.61 Ha,” katanya.

Lebih lanjut, Kabupaten Parigi Moutong 584.46 Ha, Poso 3.628.12 Ha, Sigi 339.74 Ha, Tojo Una-Una 206,84 Ha, Toli-Toli 184,59 Ha. Untuk deforestasi kawasan hutan, hutan lindung (HL) 1.781.01 Ha, Kawasan Suaka Alam  (KSA) /Kawasan Pelestarian Alam (KPA) 26.53 Ha, Hutan Produksi Konversi (HPK) 5.340.60 Ha, Area Penggunaan Lain (APL) 8.802.62 Ha, Hutan Produksi Terbatas (HPT) 1.686.85 Ha, Hutan Produksi (HP) 1.449.24 Ha.

Direktur Yayasan KOMIU Gifvents mengatakan, pada prinsipnya, langkah dapat dilakukan saat ini masih terbatas pada kegiatan pemantauan. Opsi lain memungkinkan adalah pemberian rekomendasi kepada pemerintah daerah agar dilakukan pengawasan oleh Kementerian Keuangan atau Bappenas terhadap perizinan Pemanfaatan Hasil Hutan (PHH/PHAT).

Berdasarkan data  pernah dihimpun pada 2019, saat masih bertugas di Ombudsman, jumlah PHAT di Kabupaten Morowali Utara tercatat lebih dari 300 hingga mendekati 400 izin.

Data Dinas Kehutanan mencatat luas tutupan hutan sekitar 4,275 juta hektare. Data Global Forest Watch menunjukkan sekitar 4,1 juta hektare, sementara data biomassa mencatat sekitar 4,426 juta hektare. Jika dibandingkan dengan periode 2021–2022, luas tutupan hutan berada pada kisaran 4,3 juta hektare.

“Tutupan hutan eksisting tidak selalu identik dengan status kawasan hutan, karena penetapan status dapat berubah meskipun kondisi biofisik hutannya masih ada,” ujarnya.