PALU – Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Abdul Rahman Qayyum, menyampaikan ceramah agama pada peringatan Haul ke-19 HS. Abdillah bin Muhammad Aljufri yang digelar di Masjid Alkautsar, Kelurahan Siranindi, Kota Palu, Rabu (17/12) malam.
Dalam tausiyahnya, Prof. Abdul Rahman menekankan pentingnya memahami nilai-nilai kemanusiaan sebelum memahami dogma keagamaan secara formal. Menurutnya, hal tersebut merupakan ajaran utama yang diwariskan oleh HS. Abdillah bin Muhammad Aljufri atau yang akrab disapa Abi.
“Abi (HS. Abdillah bin Muhammad Aljufri) tidak hanya mengajarkan adab dalam pengertian etika, tetapi menanamkan akhlak yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa akhlak menjadi fondasi utama dalam membangun kecerdasan spiritual, termasuk dalam relasi guru dan murid. Prof. Abdul Rahman menilai almarhum selalu menanamkan energi positif kepada murid-muridnya, tidak melalui kemarahan, melainkan melalui keteladanan, doa, dan keikhlasan.
“Energi ilmu tidak hanya ditransfer melalui pengajaran formal, tetapi juga melalui ketulusan dan keberkahan,” katanya.
Lebih lanjut, ia menyinggung konsep energi positif atau yang ia sebut sebagai “aplikasi kuantum” dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, kebencian hanya akan kembali kepada diri sendiri, sehingga almarhum selalu mengajarkan untuk tidak membenci siapa pun.
“Abi tidak pernah membenci muridnya, meskipun menegur dengan tegas,” katanya.
Ia juga menegaskan peran pesantren sebagai pusat pembinaan akhlak dan spiritual manusia. Menurutnya, pesantren merupakan tempat “tune-up” jiwa, di mana karakter, kejujuran, keikhlasan, dan kepedulian sosial dibentuk sejak dini. Lebih jauh Prof. Abdul Rahman turut mengingatkan pentingnya peran orang tua, khususnya ayah, dalam mendidik anak dengan kasih sayang.
“Bahwa Islam menganjurkan kelembutan dan kedekatan emosional antara orang tua dan anak sebagai bagian dari pendidikan karakter. Pesantren adalah tempat servis manusia.” tegasnya.
Nanang IP

