Banyak orang masih menganggap migrain sebagai sakit kepala biasa yang bisa diatasi dengan istirahat atau obat pereda nyeri. Padahal, migrain adalah kondisi neurologis yang jauh lebih kompleks dan dapat mengganggu kualitas hidup secara signifikan.

Nyeri yang muncul tidak sekadar rasa tidak nyaman, melainkan dapat disertai gangguan penglihatan, mual, muntah, sensitivitas terhadap cahaya dan suara, serta kesulitan berkonsentrasi. Untuk sebagian orang, migrain bukan hanya soal rasa sakit, tetapi juga tentang hari-hari yang terganggu, pekerjaan yang tertunda, dan waktu berharga yang hilang bersama keluarga.

Salah satu kesalahan umum adalah meremehkan migrain. Banyak yang menganggapnya normal dan menunda penanganan. Padahal, migrain memiliki dampak jangka panjang. Penelitian menunjukkan bahwa migrain kronis dapat memengaruhi fungsi otak dan meningkatkan risiko gangguan sirkulasi darah.

Beberapa penderita bahkan melaporkan kesulitan fokus, mudah lupa, dan gangguan kognitif ringan. Kondisi ini jelas berbeda dari sakit kepala biasa, yang biasanya hilang tanpa menimbulkan efek jangka panjang.

Memahami pemicu migrain adalah langkah pertama dalam pengendalian kondisi ini. Beberapa faktor yang umum memicu migrain antara lain stres dan kelelahan fisik, pola tidur yang tidak teratur, perubahan hormon, terutama pada wanita, serta konsumsi makanan tertentu seperti cokelat, kopi berlebihan, keju, atau makanan yang mengandung MSG.

Selain itu, perubahan cuaca, paparan cahaya terang, dan penggunaan gadget terlalu lama juga dapat menjadi pemicu. Setiap orang memiliki pola pemicu yang berbeda, sehingga penting bagi penderita untuk mengenali faktor yang spesifik bagi dirinya. Tanpa pemahaman ini, penanganan migrain akan bersifat sementara dan tidak efektif.

Penanganan migrain harus bersifat komprehensif dan personal. Tidak cukup hanya mengandalkan obat pereda nyeri, karena obat tersebut hanya mengurangi gejala sementara. Untuk migrain yang sering kambuh, misalnya empat kali atau lebih dalam sebulan dokter dapat meresepkan obat pencegahan, seperti obat pengatur saraf, antidepresan dosis rendah, atau obat penurun tekanan darah tertentu.

Selain itu, terapi non-obat juga terbukti efektif. Relaksasi, latihan pernapasan, pijat, terapi fisik, bahkan akupunktur dapat membantu meringankan gejala.

Gaya hidup sehat juga menjadi kunci utama dalam mengendalikan migrain. Tidur cukup, makan teratur, minum air putih yang cukup, membatasi penggunaan gadget, dan menghindari makanan pemicu dapat meminimalkan frekuensi serangan.

Strategi paling efektif tetap mengenali pola pribadi. Catatan harian migrain yang mencatat kapan migrain muncul, apa pemicunya, dan berapa lama berlangsung, akan sangat membantu dokter dalam menentukan terapi yang paling sesuai.

Selain aspek pengobatan, penting bagi masyarakat untuk mengubah cara pandang terhadap migrain. Banyak penderita menahan sakit atau merasa malu mengeluh karena dianggap lemah atau kurang tahan banting.

Padahal, migrain bukan tanda kelemahan, melainkan sinyal tubuh bahwa sistem saraf sedang terganggu. Memberi waktu istirahat pada tubuh, terutama saat tanda awal migrain muncul seperti kepala berat, mata silau, atau sulit fokus adalah langkah sederhana namun efektif. Mengabaikan nyeri kepala yang berulang atau semakin berat bukanlah tindakan bijak, karena otak membutuhkan perhatian dan penanganan yang tepat.

Kesadaran publik tentang migrain masih rendah. Banyak orang yang hanya mengenal istilah “sakit kepala” tanpa memahami kompleksitasnya. Padahal, edukasi mengenai migrain dapat meningkatkan kualitas hidup jutaan orang yang terdampak.

Sekolah, tempat kerja, dan lingkungan sosial seharusnya lebih memahami kondisi ini, sehingga penderita dapat mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan, baik dalam bentuk fleksibilitas waktu, pengaturan cahaya, maupun lingkungan yang lebih tenang.

Migrain sejatinya adalah panggilan bagi kita untuk lebih peduli pada kesehatan saraf dan otak. Mengelolanya tidak hanya soal menahan nyeri, tetapi tentang strategi preventif yang mencakup pengobatan, terapi non-obat, dan gaya hidup. Dengan pemahaman yang tepat, penderita migrain bisa tetap produktif, menjaga kualitas hidup, dan meminimalkan gangguan terhadap aktivitas sehari-hari.

Akhirnya, kita perlu menegaskan bahwa migrain bukan sekadar sakit kepala biasa. Ini adalah kondisi medis serius yang memerlukan perhatian, pengelolaan, dan pemahaman dari masyarakat. Dengan mengubah cara pandang, meningkatkan edukasi, dan menerapkan langkah pengendalian yang tepat, migrain bisa dikelola secara efektif. Nyeri yang berulang bukanlah kutukan, melainkan sinyal agar kita lebih memperhatikan tubuh dan otak, sehingga kualitas hidup tetap terjaga meski migrain menghampiri. *

Penulis : dr. Alfrida N. Wara, Sp.N dan dr. Asti Sriwahdini (RSUD MAdani Prov. Sulteng)