Hari ini Kota Palu, Sulawesi Tengah mengukir sejarah, sebuah rumah Allah kembali menapaki fungsinya sebagai pusat sujud dan syiar.

Jumat 28 November 2025, Masjid Baitul Khairaat Palu untuk pertama kalinya digunakan secara resmi melalui pelaksanaan Shalat Jumat perdana

Sebuah momentum yang bukan sekadar agenda seremonial, tetapi penanda kebangkitan spiritual umat, bangkitnya harapan, dan berseminya kembali cahaya keimanan di jantung Sulawesi Tengah.

Kita sangat berharap, semoga masjid ini bukan hanya sebuah bangunan megah berhias kubah dan menara. Tapi benar-benar “rumah” Allah, tempat insan beriman bertaut dalam sujud, tempat luka-luka bathin dan aqidah disembuhkan melalui doa, dan menjadi kompas penanda arah hidup yang hakiki.

Karena itu, mengurus masjid juga bukan sekadar pekerjaan fisik membersihkan lantai atau menata saf, melainkan amal mulia yang bernilai ibadah.

Dalam setiap sapuan kebersihan, setiap lampu yang dinyalakan menjelang waktu shalat, dan setiap sajadah yang dirapikan, tersimpan pahala yang terus mengalir sebagai sedekah jariyah.

Peresmian dan pemakaian perdana masjid ini adalah undangan bagi seluruh umat untuk tidak hanya memakmurkannya dengan shalat, tetapi juga dengan kepedulian, keteladanan, dan keikhlasan dalam merawatnya.

Sebab, siapa yang memakmurkan rumah Allah, maka Allah akan memakmurkan hidupnya dengan keberkahan yang tak terduga.

Masjid adalah baitullah, rumah Allah yang di dalamnya disembah dan senantiasa disebut nama-Nya. Tidak ada tempat yang lebih baik di muka bumi dari pada masjid Allah.

Rasulullah saw bersabda, “Sebaik-baik tempat adalah masjid, dan seburuk-buruk tempat adalah pasar.” (HR. At Thabarani dan Al Hakim)

Ibnu Abbas ra mengatakan, “Masjid adalah rumah Allah di muka bumi yang menyinari para penduduk langit, sebagaimana bintang-bintang di langit yang menyinari penduduk bumi”.

Karena begitu mulianya masjid maka pekerjaan mengurus masjid pun tentunya termasuk amalan yang mulia.

Pernahkah kita memperhatikan seorang petugas yang mengurusi kebersihan masjid atau yang lebih terkenal dengan sebutan marbot? Mungkin kita tidak peduli dengan mereka, karena di mata kita terkadang pekerjaan itu dianggap pekerjaan orang rendahan.

Bahkan ada sebagian orang dengan nada nyinyir menjuluki mereka dengan JaMesBon, maksudnya Penjaga Mesjid dan Tukang Kebon.

Padahal, marbot memegang peranan penting dalam menjaga kebersihan dan kenyamanan masjid sebagai tempat ibadah, sehingga jama’ah masjid merasa nyaman dan tenang pada saat beribadah.

Kekhusyu’an kita diantaranya akan sangat bergantung kepada jasa mereka. Kenyamanan ibadah shalat kita di masjid juga sangat bergantung pada jasa mereka.

Adakalanya, seorang Marbot juga mengurusi hal-hal yang berurusan dengan ibadah, seperti mengumandangkan adzan dan juga menjadi imam cadangan. Tugas Marbot ini sungguh begitu berat.

Dalam pandangan Islam, petugas kebersihan masjid posisinya sangat strategis. Mereka bisa lebih mudah dibukakan pintu-pintu kebaikan.

Bahkan, bukan sekadar penghasilan yang baik dan hidup sejahtera di dunia. Mereka sejatinya para investor dunia akhirat. Para investor dunia berpeluang mendapatkan keuntungan dunia.

Para investor dunia akhirat berpeluang mendapatkan keuntungan dunia akhirat. Para investor dunia akhirat tersebut tentunya lebih menguntungkan (profitable).

Katakanlah, walaupun keuntungan itu tidak didapatkan di dunia, mereka masih berpeluang mendapatkannya di akhirat.

Bagaimana tidak, dengan tugas dan rutinitas yang menjadi beban tanggungjawabnya setiap hari maka ia otomatis akan kehilangan kesempatan untuk mencari nafkah dan bekerja seperti manusia biasa lainnya.

Hampir seluruh waktunya akan tersita untuk masjid, karena harus stand by 24 jam mengurusi segala kegiatan di masjid. Mereka rela mengerjakan itu semua demi melaksanakan perintah Rasulullah saw.

“Rasulullah saw memerintahkan membangun masjid di kampung dan membersihkan serta memberinya wangi-wangian” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi)

Inilah letak kemuliaan para Marbot dalam pandangan Allah maupun manusia. Dengan tugas mulia yang diembannya plus banyak tanggungjawab yang dibebankan kepadanya maka selayaknya para Marbot ini mendapat apresiasi yang layak. Namun kemuliaan mereka kadang tak sebanding dengan gajinya yang terbilang kecil.

Merekapun seringnya juga tidak dihormati, tak diperhatikan dan tak dihargai orang lain atas kerja keras mulianya tersebut. Jargon keikhlasan demi melayani tamu Allah kadang terlontar dari para pengurus agar mereka tidak banyak menuntut apalagi demo menuntut kesejahteraan.

Sungguh tak adil rasanya mencampakkan hak-hak mereka padahal mereka telah banyak berkorban untuk ummat Islam dengan penuh perjuangan.

Menjaga kebersihan masjid sesungguhnya tidak dilaksanakan di masjid Nabi SAW saja. Akan tetapi, hendaknya juga dilakukan di masjid-masjid lainnya. Sebagaimana hadis riwayat at Tirmizi, bahwa Rasulullah menganjurkan pembangunan masjid sekaligus memakmurkan dan menjaga kebersihannya.

Nabi juga memerintahkan agar semua tempat melepaskan hajat ditutup rapat-rapat pintunya, dan larangan keras terhadap siapa pun yang meludah dan mengotori masjid.  Wallahu a’lam

RIFAY (REDAKTUR MEDIA ALKHAIRAAT)