PALU – Wakil Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng), dr. Reny A. Lamadjido, menegaskan bahwa Sekolah Yayasan Karuna Dipa telah memberikan kontribusi besar dalam mencerdaskan masyarakat Kota Palu dan sekitarnya.
Pernyataan itu disampaikannya saat menghadiri peresmian Vihara Karuna Dipa di Kelurahan Nunu, Ahad (16/11) pagi.
Dalam sambutannya, dr. Reny mengenang kembali hubungan panjang keluarganya dengan Karuna Dipa.
Ia menyebut, lebih dari 30 tahun lalu, almarhum ayahandanya, Abdul Aziz Lamadjido, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Sulteng, meletakkan batu pertama pembangunan vihara tersebut bersama Menteri Agama RI kala itu, Tarmizi Taher.
“Hubungan saya dan keluarga dengan Karuna Dipa sudah terjalin sejak lama. Karuna Dipa selalu ada di hati saya,” ujar Wakil Gubernur.
Ketua Yayasan Karuna Dipa, Wijaya Chandra, menjelaskan bahwa peresmian vihara baru dapat dilakukan setelah menunggu tiga dekade sejak peletakan batu pertama.
Menurutnya, rentang waktu panjang itu disebabkan padatnya kegiatan yayasan dalam mengelola pendidikan, usaha, kegiatan sosial, serta penyelesaian tahapan pembangunan yang memerlukan waktu lama.
Wijaya juga mengungkapkan bahwa jumlah umat Buddha di Sulawesi Tengah hanya sekitar 3.000 orang.
Meski demikian, ia menilai nilai-nilai moderasi beragama tercermin kuat dalam komunitas Buddha setempat.
Ia mencontohkan keterlibatan para pengusaha Buddha dalam pembangunan sekitar 2.000 hunian tetap (huntap) bagi masyarakat lintas agama pascabencana 28 September 2018.
“Ini bentuk nyata bahwa umat Buddha tidak hanya membangun untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk sesama, tanpa memandang perbedaan,” ujarnya.
Peresmian vihara turut dihadiri Ketua FKUB Sulteng, Kepala Kemenag Kota Palu, perwakilan Kakanwil Kemenag Sulteng, perwakilan Kodam XXIII/Palaka Wira, perwakilan Polda Sulteng, serta para Bhikkhu dari berbagai daerah yang sedang mengikuti Rapimnas Sangha Theravada Indonesia (STI) ke-III di Palu.


