PARIMO – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) terus berupaya memperkuat identitas budaya daerah melalui penggalian dan pengembangan ornamen khas berbasis nilai-nilai lokal.
Langkah tersebut diwujudkan lewat kegiatan Diskusi Terpumpun Ragam Hias Daerah yang digelar, di Aula Rumah Jabatan Bupati, Kamis (13/11).
Wakil Bupati Parigi Moutong, H. Abdul Sahid, yang membuka kegiatan tersebut mengatakan bahwa diskusi ini menjadi ruang strategis untuk menggali potensi visual budaya yang dapat merepresentasikan jati diri masyarakat Parimo.
“Ornamen yang dihasilkan nanti diharapkan tidak hanya indah secara visual, tetapi juga memiliki makna filosofis yang mencerminkan jati diri masyarakat Parigi Moutong,” ujarnya.
Ia menambahkan, ornamen khas daerah harus mampu mengikuti perkembangan zaman dan diaplikasikan dalam berbagai bentuk karya, seperti arsitektur, cenderamata, hingga elemen visual pemerintahan.
“Identitas budaya ini harus dijaga, dilestarikan, dan menjadi kebanggaan bersama,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kebudayaan Dikbud Parimo, Ninong Pandake, selaku ketua panitia, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan menggali serta melestarikan potensi ornamen yang bersumber dari kearifan lokal empat suku besar, yakni Kaili, Tajio, Lauje, dan Tialo.
“Hasil diskusi ini akan menjadi acuan desain ornamen khas Parigi Moutong yang dapat diterapkan pada bangunan publik, pintu gerbang, panggung kegiatan, umbul-umbul, hingga ruang-ruang publik lainnya,” jelas Ninong.
Ia menegaskan, ornamen khas bukan sekadar hiasan, melainkan media pelestarian nilai budaya, sejarah, dan simbol pemersatu masyarakat dari berbagai suku dan latar belakang.
Kegiatan tersebut juga menghadirkan sejumlah pakar dan tokoh budaya sebagai dewan juri, di antaranya Dr. Irdinal Arief, S.T., M.T., IPM, ASEAN Eng (Dosen Arsitektur UNTAD), Drs. Iksam, M.Hum (Arkeolog Provinsi Sulawesi Tengah), Sri Nur Rahma, S.Sos., M.Si (Antropolog), Supratman, S.Sn (Dinas Kebudayaan Provinsi), sertaMoh. Taufan, S.Pd., M.H. (Penggiat Seni Budaya).
Turut hadir dalam kegiatan itu Magau Parigi, H. Andi Cimbu Tagunu, Kadis Dikbud Sunarti, perwakilan OPD, camat, lurah, kepala desa, seniman, pegiat budaya, dan mahasiswa.
Diskusi terpumpun ini juga merupakan tindak lanjut dari sayembara ornamen daerah yang digelar pada Oktober 2025. Sebanyak sepuluh karya terbaik dari keterwakilan empat suku besar akan dinilai sepanjang November 2025 untuk menetapkan desain ornamen khas Parigi Moutong.
Kegiatan ini berlandaskan sejumlah regulasi nasional dan daerah, di antaranya UU Nomor 1 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, Perda Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 8 Tahun 2021, serta Perda Kabupaten Parimo Nomor 4 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Kebudayaan Daerah.

