PALU – Perum Bulog mencatat penyerapan beras petani lokal di Sulawesi Tengah (Sulteng) telah mencapai 6.000 ton sejak Januari hingga September 2025.

Upaya ini menjadi bagian dari program nasional untuk memperkuat swasembada beras dan menjaga stabilitas harga pangan di tingkat daerah.

Pimpinan Wilayah (Pimwil) Bulog Kanwil Sulteng, Jusri, mengatakan pengadaan beras akan terus dilakukan hingga Desember 2025 dan dilanjutkan pada tahun berikutnya dengan pola serupa.

“Penyerapan dilakukan sepanjang tahun untuk menjamin harga beras petani tetap stabil dan hasil panen terserap dengan baik,” ungkapnya, Selasa (4/11).

Bulog membeli beras petani dengan harga rata-rata Rp12.000 per kilogram untuk kualitas premium. Langkah ini, menjadi bentuk kepastian pasar bagi petani di wilayah sentra pertanian seperti Parigi Moutong, Sigi, dan Donggala.

Ia memperkirakan volume serapan beras akan terus bertambah hingga akhir tahun, seiring masifnya kegiatan pengadaan yang dilakukan Bulog di berbagai daerah.

“Khusus Oktober hingga November, kami telah menyerap sekitar 180 ton beras. Sebanyak 170 ton disimpan di gudang Bulog Olaya dan 10 ton di gudang Tolai, Kabupaten Parimo,” jelasnya.

Jusri menambahkan, setiap pembelian beras harus memenuhi standar mutu pemerintah, dengan kadar air maksimal 14 persen, butir patah (broken) maksimal 25 persen, dan menir dua persen untuk kategori premium.

Beras hasil serapan selanjutnya dikemas dan digunakan untuk mendukung program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sebagai langkah intervensi pengendalian harga di pasaran.

“Proses pengadaan kami sangat ketat karena beras harus bisa disimpan lama tanpa menurunkan kualitas,” tuturnya.

Ia juga menegaskan bahwa beras tidak memiliki masa kedaluwarsa, melainkan hanya mengalami penurunan mutu yang bisa diperbaiki melalui proses pemurnian ulang.

“Program ini sangat membantu petani. Kami berharap produksi bisa terus meningkat, dengan mutu yang lebih baik agar daya saing beras lokal semakin tinggi,” pungkasnya.