PALU – Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kota Palu menggelar dua seminar besar bertajuk Parenting Skill dan Pra Nikah.

Seminar ini sebagai upaya membekali orang tua dan generasi muda dengan pengetahuan membangun keluarga yang harmonis dan berkualitas.

Kegiatan seminar Parenting Skill dengan tema “Peran Orang Tua dalam Menanamkan 29 Karakter Luhur Anak’’ digelar di Gedung Pogombo pada 25 Oktober 2025.

Sementara seminar Pra Nikah dengan teman “Menikah Siapa Takut?’’ berlangsung di aula SMKN 3 Palu, pada 26 Oktober 2025.

Dua seminar tersebut itu diikuti ratusan peserta dari kalangan orang tua dan remaja LDII.

Dalam seminar tersebut, para peserta mendapatkan materi seputar mendidik karakter anak, persiapan mental sebelum menikah, komunikasi dalam rumah tangga, hingga pola asuh anak yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Ketua DPD LDII Kota Palu, Ilyas Pasaribu, mengatakan, seminar ini merupakan bagian dari pembinaan karakter bagi orang tua dan generasi muda agar mampu menjalani kehidupan berumah tangga dengan tanggung jawab dan landasan agama yang kuat.

“Pernikahan bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang kesiapan mental, spiritual, dan kemampuan mengasuh anak dengan bijak. Melalui seminar ini, kami ingin memberikan bekal bagi orangtua dan calon pasangan agar dapat membangun keluarga sakinah, mawaddah, warahmah,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, LDII menghadirkan pemateri fasilitator parenting dan pra nikah, dr. Rio Azadi dan ahli psikolog, Sovia Sahid.

Keduanya merupakan pasangan suami istri yang telah menjadi pembicara di 20 kota Indonesia.

Berbagai simulasi dilakukan baik dari sesi diskusi interaktif yang membahas berbagai tantangan keluarga modern, termasuk pengaruh media sosial terhadap hubungan suami-istri dan anak.

“Materi ini sangat dibutuhkan sekali dengan orangtua, karena saat ini Gen Z tantangannya sangat luas bagaimana harapan dan ekspetasi sudah berubah. Maka cara mendidiknyapun juga harus berubah,” ucap Rio Azadi.

Sementara untuk materi pra nikah juga sangat dibutuhkan oleh para generasi muda, dimana kebanyakan mereka khawatir tentang pernikahan dikarenakan adanya standar-standar social media yang menjadi patokan.

“Tidak ada pernikahan yang sempurna, tetapi kita berusaha yang terbaik agar pernikahan ini sesuai dengan nilai-nilai islam dan bisa memberikan kebahagiaan,” tutur Sofia Sahid.

Para peserta mengaku mendapatkan banyak wawasan baru dari kegiatan tersebut. Hamid salah satu peserta berharap kegiatan serupa dapat rutin dilaksanakan untuk menambah pengetahuan dan kesiapan menghadapi kehidupan rumah tangga.

“Ya harapannya bisa dilaksanakan setahun dua kali, karena materi seperti ini sangat dibutuhkan sekali bagi para generasi muda. Tentu ini menjawab semua keresahan anak-anak muda yang takut menikah,” kata Hamid. ***